Setelah Bitcoin sukses menduduki US$17 ribu per BTC petang hari ini, Edward Moya Analis Senior di Oanda mengatakan investor membidik harga US$20 ribu (Rp282 juta) per BTC.
“Bitcoin mania kembali! Bitcoin dapat dengan mudah mencapai US$17.000 dan semua orang kini membidik US$20. 000, yang sekaligus bisa memicu aksi jual,” katanya, dilansir dari Bloomberg, 17 November 2020, beberapa jam setelah Bitcoin berhasil menyentuh titik tertinggi baru tahun 2020 itu.
Imbal hasil Bitcoin kini lebih dari 100 persen pada tahun ini mengikuti “pelukan” yang lebih luas kalangan Wall Street, di antaranya Fidelity Investments, yang meluncurkan produk investasi Bitcoin Fund.
Investor makro Paul Tudor Jones juga sudah jauh-jauh hari memproklamirkan membeli Bitcoin sebagai aset lindung nilai terhadap potensi inflasi.
Sosok Paul Tudor Jones, Pengusaha AS yang Bertaruh Beli Bitcoin untuk Lawan Inflasi
Berikutnya berturut-turut adalah perusahaan publik Square dan MicroStrategy dengan keputusan serupa.
Kemudian ada PayPal pada 21 Oktober 2020, mengumumkan membuka layanan baru, yakni jual-beli aset kripto termasuk Bitcoin.
Keputusan itu diprediksi membuka gerbang yang luas bagi adopsi aset kripto secara umum, utamanya Bitcoin.
Melaju di US$17 ribu, tampaknya akan kian melecutkan semangat para penghayat aset kripto, sama seperti bull run tahun 2017, menuju US$20 ribu per BTC.
“Bitcoin secara konsisten menjadi salah satu aset berkinerja terbaik di dunia sejak ia diciptakan. Lonjakan terbaru ini terjadi, karena pemain yang lebih besar memasuki pasar membeli sedikit pasokan yang tersisa untuk dijual,” kata Mati Greenspan, Pendiri Quantum Economics. [Bloomberg/red]