Pemerintah Rusia enggan membiarkan sanksi ekonomi unilateral yang dipaksakan Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Trump memengaruhi ekonomi Rusia. Itulah sebabnya, Rusia dikabarkan mempersiapkan langkah untuk melawan kekuatan AS di konflik diplomasi saat ini dengan cara membeli Bitcoin (BTC) dalam jumlah banyak.
Melalui balasan Twitter-nya, kata Vladislav Ginko, seorang dosen di Akademi Presiden Rusia Ekonomi Nasional dan Administrasi Umum, Moskow, Pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan untuk membeli Bitcoin senilai US$10 miliar pada Februari tahun ini agar menjadi bagian dari cadangan keuangan negara itu selain uang fiat.
Chris, I believe sitting here in Moscow, Russia, that the real factor of Bitcoin apotion will be when Russian government I'm working for will start investing almost $470 billion reserves into Bitcoins. I expect that it'll be at least $10 billion in the first quarter of this year.
— Vladislav Ginko (@martik) January 6, 2019
Ekonom ternama yang bekerja bersama Pemerintah Rusia itu menyatakan, rencana pembelian sebesar itu akan membutuhkan waktu eksekusi yang panjang. Kendati belum ada konfirmasi, Ginko memperkirakan pada kuartal pertama tahun 2019 pemerintahan Presiden Putin akan membeli setidaknya Bitcoin senilai US$10 miliar ataus setara dengan dua jutaan BTC.
Menanggapi cuitan Chris Burniske, mitra di perusahaan modal ventura Place Holder, tentang masalah adopsi aset kripto yang rendah dibanding pasar uang lain, Ginko mengungkit salah satu faktor yang bisa meningkatkan kapitalisasi kripto adalah akuisisi token kripto oleh pemerintah.
Setelahnya, menanggapi cuitan John McAfee yang mengkritik sistem perpajakan Amerika Serikat, Ginko mengulang prediksinya dan menjelaskan salah satu katalis pembelian Bitcoin oleh pemerintah Rusia adalah ketegangan diplomasi yang meningkat antara Rusia dan AS, ditambah sanksi unilateral yang dipaksakan AS untuk mempengaruhi ekonomi Rusia.
Berkomentar kepada portal berita Australia Micky, Ginko menjelaskan meskipun Rusia dikenal sebagai negara yang anti-kripto, pemerintah Rusia terdorong mengkaji ulang sikapnya tentang penggunaan kripto sebagai akibat tekanan diplomatis.
“Sanksi AS mungkin hanya bisa diredamkan melalui penggunaan Bitcoin. Akibat sanksi AS, elit Rusia terpaksa membuang aset dan dolar AS dan investasi besar-besaran di Bitcoin. Bank sentral Rusia memegang cadangan uang senilai US$466 miliar yang harus diversifikasi untuk mengantipisasi tipisnya peluang di masa depan,” ujar Ginko.
Kendati Rusia memiliki citra anti-kripto, pernyataan Ginko punya tingkat kredibilitas yang tinggi mengingat Presiden Putin belum lama ini memberikan pidato di mana ia menyatakan sedang mencari pilihan untuk mengurangi dampak dari dolar AS.
“Kami tidak memiliki tujuan untuk menjauh dari dolar, melainkan dolar yang menjauh dari kami. Karena ada ketidakstabilan ketika berbisnis menggunakan dolar, maka muncul keinginan di seluruh dunia untuk mencari mata uang alternatif dan menciptakan sistem yang independen dari dolar,” kata Putin.
Ginko menyoroti ada kemungkinan perubahan arah diskusi para politisi Rusia mengenai penggunaan kripto di negara tersebut. Ia juga berkomentar, jika Rusia mengambil langkah pertama, maka negara-negara lain akan segera mengikutinya.
“Pemerintah Rusia tidak anti-kripto. Presiden Rusia menempatkan adopsi teknologi keuangan sebagai faktor kunci bagi keberlangsungan ekonomi Rusia. Saya percaya di masa depan negara-negara lain akan mulai melakukan hal yang sama dan Rusia punya kesempatan emas untuk investasi besar-besaran di Bitcoin,” jelas Ginko.
Pernyataan Ginko amat dihargai dan disebarluaskan oleh tokoh-tokoh ternama di komunitas kripto, tetapi sejauh ini belum ada konfirmasi dari pemerintah Rusia soal pernyataan tersebut. [ethereumworldnews.com/ed]