Ekonom Luke Gromen berpendapat, The Fed berpotensi cetak dolar AS lagi jika bank sentral AS itu terus menaikkan suku bunga.
“Ketika The Fed terus menaikkan suku bunga ke dalam ekonomi yang sedang melambat dengan cepat, ada risiko yang meningkat, yakni ‘spiral kematian’, yang berpuncak pada naiknya utang pemerintah AS. Itu yang akan memaksa bank sentral untuk menghentikan kebijakan pengetatan moneter lebih cepat daripada yang diharapkan pasar. Pada ujungnya The Fed akan mencetak dolar lagi,” katanya Gromen, dilansir dari The Epoch Times, Sabtu (22/7/2022).
Melonjaknya inflasi di AS, mencapai 9,1 persen per Juni 2022, telah mendorong bank sentral AS untuk memulai kebijakan pengetatan kuantitatif dengan cara mengurangi neraca keuangan mereka dan menaiikka suku bunga sejak awal 2022.
Fed Atlanta, memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga menjadi 350 basis poin (3,50 persen).
Akhir Juli 2022 ini The Fed diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga acuan 75-100 basis poin, dengan jadwal terakhir tahun ini adalah pada Desember 2022, dengan perkiraan pada akhir tahun ini suku bunga lebih kecil dan stabil. Sedangkan pada Juni 2023 menjadi 284 basis poin (2,84 persen).
Tetapi pandangan konsensus ini, yaitu suku bunga akan terus naik selama enam bulan lagi, diperkirakan akan menghadapi indikator ekonomi memburuk dan PDB yang melambat. Ini akan memberikan tekanan pada biaya pembayaran utang dan memaksa Bank Sentral AS untuk lebih melunak dan mempertimbangkan untuk berbalik arah.
Gromen: The Fed Lebih Cepat Berbalik Arah
Gromen, Pendiri Forest For The Trees, mengatakan kepada program Real Vision Finance baru-baru ini, kenaikan suku bunga Fed terakhir setidaknya sebulan lagi.
Pasalnya, semua indikator ekonomi, kecuali tingkat pengangguran yang relatif rendah, sudah memberikan sinyal kuat AS akan berada di jurang resesi.
Indeks Ekonomi Terkemuka (LEI) Conference Board, yang menggunakan rata-rata tertimbang dari 10 indikator untuk menunjukkan apakah ekonomi membaik atau memburuk, turun untuk bulan keempat berturut-turut pada Juni 2022.
Hal senada disampaikan oleh Ataman Ozyildirim, Direktur Senior Riset Ekonomi di The Conference Board.
“Di tengah inflasi yang tinggi dan pengetatan kebijakan moneter yang cepat, The Conference Board memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terus mendingin sepanjang 2022. Resesi AS akan terjadi akhir tahun ini dan awal tahun depan,” katanya. [ps]