Meta kembali menggebrak sektor AI dengan merekrut Trapit Bansal, mantan peneliti OpenAI yang dikenal sebagai otak di balik model o1 reasoning AI. Menurut laporan TechCrunch pada Kamis (26/06), bergabungnya Bansal menambah daftar mantan staf OpenAI yang kini merapat ke Meta, menyusul nama-nama seperti Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai.
Langkah ini bukan sekadar perekrutan biasa. Keputusan mereka merupakan bagian dari strategi besar untuk memperluas operasional AI, dengan fokus utama pada penyempurnaan sistem penalaran mesin melalui pelatihan berbasis skenario dunia nyata.
Pandangan tersebut sejalan dengan pernyataan Kepala Ilmuwan AI Meta, Yann LeCun. Dalam wawancaranya dengan Business Insider pada Mei lalu, Ia menekankan bahwa kecerdasan buatan harus bisa meniru perilaku cerdas makhluk hidup, bukan sekadar menjalankan instruksi.
“Ada empat karakteristik dasar dari perilaku cerdas yang dimiliki oleh setiap hewan — atau hewan yang cukup pintar — dan tentu saja manusia: memahami dunia fisik, memiliki memori jangka panjang, mampu bernalar, serta mampu merencanakan tindakan kompleks — terutama dalam bentuk perencanaan hierarkis,” jelas LeCun.
Dengan dasar pemikiran tersebut, perekrutan para pakar dari OpenAI oleh Meta dinilai sebagai langkah strategis menuju pengembangan kecerdasan buatan yang lebih alami, adaptif, dan benar-benar ‘berpikir’ seperti manusia.
Manuver Besar Meta Demi Dominasi AI
Ambisi Meta dalam sektor AI tak berhenti pada perekrutan talenta kelas dunia. Perusahaan induk Facebook ini dikabarkan siap menggelontorkan dana hingga US$100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) per orang untuk memboyong lebih banyak karyawan OpenAI.
Langkah ini menunjukkan keseriusan mereka dalam memenangkan persaingan global kecerdasan buatan, terutama di tengah kompetisi ketat antarnegara dan perusahaan teknologi besar lainnya.
Tak hanya memperkuat sisi sumber daya manusia, Meta juga bergerak agresif di bidang infrastruktur dan energi. Pada Juni lalu, perusahaan ini mengakuisisi 49 persen saham Scale AI, startup pelabelan data yang bernilai hampir US$15 miliar.
Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, CEO Scale AI, Alexandr Wang, turut bergabung dengan Meta guna memperkuat kolaborasi strategis dalam pengembangan teknologi AI di masa depan..
Dari Robotika hingga Energi Nuklir: Meta All-In untuk AI
Meta tak lagi hanya mengandalkan teori dalam membangun AI. Melalui riset model V-JEPA 2 yang dirilis awal Juni lalu, mereka mulai menggabungkan data video dan robotika untuk melatih AI secara lebih realistis dan kontekstual.

Untuk mendukung kebutuhan energi pusat data AI yang besar, Meta menandatangani kontrak 20 tahun dengan Constellation Energy. Kesepakatan ini menjamin pasokan listrik sebesar 1,1 gigawatt—jumlah besar untuk skala infrastruktur AI.
Langkah ini menandai pendekatan “all-in” Meta terhadap AI. Mereka tidak hanya fokus pada software atau talenta, tetapi juga pada fondasi fisik dan energi yang menopang pengembangan teknologi jangka panjang.
Meta tidak sekadar ikut bersaing dalam industri AI—mereka ingin memimpin. Dengan strategi agresif di SDM, teknologi, dan energi, Meta bersiap menjadi kekuatan utama di era kecerdasan buatan. [dp]