Pada Juni 2019 lalu, Binance mengangkat Gin Chao sebagai Strategy Officer. Ia terbilang bukan orang biasa, karena selain pernah berkarir sebagai pemain bola basket di NBA (National Basketball Association), Chao juga berpengalaman mengurus asosiasi bola basket Amerika Serikat itu dalam perannya sebagai Vice President of Strategy and Corporate Development. Lantas, apa saja langkah Chao “mengurus” Binance agar melaju lebih kencang? Simak wawancara eksklusif Blockchainmedia.id bersama Gin Chao kemarin di Jakarta. Chao akan hadir di Binance Super Meetup Indonesia, Sabtu besok (14 September 2019) di Jakarta.
Sejauh yang kami pahami Binance masih berkutat menambah pendapatan perusahaan dari sektor perdagangan aset kripto. Binance juga sedang mengembangkan segi bisnis lain, seperti berinvestasi di perusahaan rintisan (startup) dan baru-baru ini meluncurkan pasar berjangka (futures market). Apa sebenarnya tujuan objektif dari Binance?
Kendati Binance dimulai sebagai bisnis pertukaran mata uang kripto sejak tahun 2017, misi kami ke depan adalah sebagai penyedia infrastruktur untuk industri blockchain/kripto.
Dalam perjalanannya, visi kami adalah untuk menyebarkan wacana kebebasan finansial dan kami, secara budaya, lebih digerakkan oleh misi daripada digerakkan oleh “uang”. Dengan begitu, selayaknya sebagai “pemandu”, kami dengan cepat berevolusi menuju misi itu dengan membangun 7 pilar di ekosistem kami, yakni bursa kripto (exchange), Binance Labs, Info, Binance Launchpad, Yayasan Amal, Binance Academy dan aplikasi dompet kripto, TrustWallet di ekosistem kami.
Lalu itu dipadukan dengan fiat gateway, di mana Anda membeli kripto menggunakan uang fiat biasa melalui kartu berlogo Visa, Master Card ataupun metode transfer antar bank. Hal lainnya dikombinasikan dengan teknologi blockchain Binance Chain, bursa kripto Binance DEX dan Binance X.
Binance X sendiri adalah platform khusus bagi para pengembang teknologi blockchain, termasuk pengembangan dApp (decentralized app) dan teknologi terkait lainnya.
Itu semua dirancang untuk meningkatkan adopsi kripto, sekaligus membawa kebebasan finansial bagi semua orang dan di mana pun.
Secara bisnis, kami juga termasuk “unicorn” yang meraih keuntungan besar dalam waktu tercepat dalam jenis industri baru ini. Kami pun tidak pernah menerima dana ventura dari manapun dan terus menjadi bisnis yang menguntungkan, bahkan ketika pasar sedang bearish sekalipun. Namun di atas itu semua, ini hanyalah “produk sampingan” dari kesuksesan kami dalam mendorong adopsi kripto di banyak negara.
Sebelumnya Anda berkarir di NBA sebagai Vice President of Strategy and Corporate Development dan juga sempat sebagai pemain bola basket. Apa saja strategi yang Anda lakukan di Binance berdasarkan pengalaman Anda sebelumnya itu, mengingat sektor blockchain-kripto adalah industri yang sangat baru di dunia, bahkan di Asia, termasuk di Indonesia?
Bagi saya Binance memiliki beberapa kesamaan dengan NBA yang sangat memperhatikan pengembangan strategi bisnis. Binance dan NBA sama-sama bisnis berskala global, memiliki merek yang sangat dikenal dan sangat dihormati di industri mereka masing-masing dan sama-sama memiliki model bisnis yang relatif fleksibel, karena skabilitasnya dapat diperluas.
Perbedaan utama, seperti yang Anda katakan itu, bahwa tingkat kematangan pasar kripto belum terlalu tinggi untuk saat ini. Maka, saya mengacu pada pengalaman saya di sektor perbankan ketika adanya investasi besar-besaran di sektor Internet pada 20 tahun silam, yang dikenal sebagai “Dot Com Bubble”.
Dalam kasus itu, penyebabnya adalah kurangnya perumusan strategi dan seharusnya lebih banyak prioritas soal alokasi sumber daya, termasuk kecepatan persiapan dan mengenali kesesuaian produk, pasar dan waktu.
Data yang kami peroleh, ada sekitar 1,2 juta pelaku kripto di Indonesia dan terdistribusi di belasan bursa aset kripto di Indonesia, namun terkonsentrasi di satu bursa kripto. Apa pendapat Anda mengenai geliat perdagangan aset kripto di Indonesia? Apakah jumlah itu sudah cukup baik? Apakah bisa tumbuh lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan?
Saat ini ada sekitar 48,7 persen (sekitar 126 juta jiwa) orang Indonesia yang memiliki rekening bank. Jadi, pengguna kripto yang mencapai 1,2 juta itu mewakili tingkat penetrasinya hingga 1 persen.
Saya pikir besaran itu serupa dengan besaran rata-rata global saat ini untuk bisnis kripto. Hal itu pula menggambarkan seberapa banyak ruang untuk pertumbuhan, terutama di negara seukuran Indonesia (terbesar ke-4 di dunia).
Misalnya begini, secara global smartphone membutuhkan sekitar 5 tahun untuk tumbuh 1 persen, lalu menjadi 10 persen. Salah satu tantangan yang dimiliki Indonesia secara historis adalah logistik, yakni pengiriman produk fisik, mengingat kondisi geografis Indonesia berupa pulau-pulau yang sangat banyak. Namun, dalam konteks aset digital/kripto, seharusnya tidak boleh menghadapi tantangan seperti itu. Seharusnya lebih cepat dan murah. Jadi, saya cukup optimis tentang masa depan Indonesia dalam blockchain dan kripto.
Sejak tahun 2017 Binance bertahan sebagai bursa kripto terbesar di dunia, sekaligus mengembangkan sayap usahanya ke sektor ventura untuk sejumlah industri di dunia khususnya crypto-blockchain. Apa misi Binance, khususnya berinvestasi di Asia, khususnya di Indonesia?
Salah satu keunggulan dari kripto adalah “tidak berbatas”, mampu menjangkau banyak orang secara global. Kami tidak memperhitungkan soal kondisi geografis ketika kami mempertimbangkan berinvestasi untuk sebuah proyek yang baik. Namun, sebuah investasi oleh Binance sangat tergantung pada mutu tim pencetus proyek tersebut. Kemudian, apa saja solusi yang dapat dicapai dan bagaimana cara mencapai itu.
Apa tujuan khusus Binance untuk pengguna dari Indonesia dan apakah kontribusi Binance untuk pengguna Indonesia agar loyalitas mereka bisa tetap terjaga?
Kami tidak memiliki strategi khusus bagi para pengguna di negara tertentu, karena kami ingin melayani semua pengguna dengan mutu tertinggi, termasuk dukungan teknis lainnya. Binance adalah penyedia likuiditas kripto dan setiap pengguna di negara manapun memiliki sumbangsih terhadap total likuiditas kripto secara global. Mengingat Indonesia sebagai negara yang sangat besar, tentu memiliki potensi yang lebih tinggi daripada kebanyakan negara lainnya. Itulah sebabnya kami harus meningkatkan jumlah sumber daya kami, menyesuaikan dengan peningkatan adopsi dari Indonesia yang semakin tinggi.
Bagi startup di Indonesia yang ingin mendapatkan dana investasi dan inkubasi bisnis dari Binance, apa saran Anda? Sektor apa yang berpotensi berkembang?
Kami menyarankan pelaku proyek-proyek blockchain dari Indonesia untuk menghubungi Binance Labs (Program Inkubasi) secara langsung. Melalui Binance Labs kalian akan mendapatkan serangkaian sumber daya dan layanan yang unik, termasuk potensi investasi secara langsung.
Selain itu, Binance X baru-baru ini meluncurkan sebuah platform khusus bagi pengembang yang ingin membuat beragam terapan menggunakan sejumlah teknologi milik Binance.
Untuk proyek-proyek dari Indonesia yang kami rasa menarik, Binance Launchpad dapat dimanfaatkan untuk penyelenggaraan Initial Exchange Offering (IEO), sekaligus mendapatkan saran dari kami mengenai token structure, supply dan penerbitan token. Kami akan mengutamakan proyek yang sangat memperhatikan pada penyelesaian masalah di industri blockchain-kripto yang sedang berkembang ini. [ed/vins]