Privasi adalah salah satu topik yang paling menarik terkait kripto dan blockchain. Reuben Yap, COO Zcoin, mengatakan privasi itu penting bukan karena ada sesuatu yang disembunyikan, melainkan tidak semua data pribadi harus terbuka. Dalam acara Indonesia Blockchain Summit di Jakarta, Senin (01/04) lalu, Yap menjelaskan lebih dalam soal privasi di blockchain. Kami juga mewawancari Yap melalui Telegram beberapa hari yang lalu.
Ia mencontohkan ketika seseorang membeli secangkir kopi menggunakan kripto, apakah toko kopi tersebut perlu mengetahui nilai kekayaan individu itu, atau apa yang dibelanjakan sebelumnya serta dari mana uangnya diperoleh?
Tentu jawabannya tidak. Begitu pula di blockchain, ketika seseorang membuat kontrak digital, pihak lain tidak perlu tahu ketentuan kontrak tersebut dan jumlah pembayaran yang terlibat.
“Blockchain publik mengandung data terbuka yang bisa diakses oleh siapa saja. Berbeda dengan saldo dan transaksi bank yang tertutup, transaksi pada blockchain disimpan secara permanen dan terbuka untuk umum. Perpindahan setiap unit kripto dapat dilacak hingga ke asalnya dan penerbitan awalnya. Kendati fitur transparan tersebut merupakan salah satu keunggulan blockchain, di sisi lain Yap menekankan privasi di blockchain sangat diperlukan untuk melindungi kerahasiaan. Bitcoin, kendati anonim sampai tingkat tertentu, belum mampu memberikan privasi yang memadai,” kata Yap.
Yap mengutarakan, identitas pengguna kripto dapat terungkap melalui analisa blockchain. Setiap orang memiliki perilaku yang mudah ditebak, seperti melakukan pembelian rutin atau bertransaksi di waktu-waktu tertentu.
Selain itu, pengguna kripto mengungkap identitas kepada pihak-pihak tertentu, seperti peritel fisik dan bursa kripto. Informasi seperti alamat IP (Internet Protocol) atau akun media sosial juga bisa memudahkan pembongkaran identitas asli pengguna.
“Demi melindungi privasi di blockchain, sejumlah teknologi privasi dikembangkan. Salah satunya adalah Cryptonote, teknologi yang mendasari Monero. Ketika pengguna ingin mengirim transaksi, Cryptonote memindai blockchain dan memakai output (keluaran) lain sebagai input (masukan). Pengirim secara acak memilih dana pengguna lain sebagai sumber pendanaan transaksi tersebut, sehingga tidak ada yang tahu sumber asli transaksi itu,” ujarnya.
Teknologi lain yang disorot Yap adalah Mimblewimble, teknologi privasi yang mengumpulkan semua transaksi menjadi satu transaksi tunggal yang besar dan menyamarkan jumlah masing-masing transaksi. Contoh kripto yang menggunakan teknologi ini adalah Grin dan Beam, dua proyek yang sempat membuat heboh komunitas kripto awal tahun ini. Kendati heboh, Yap menyebut kedua proyek tersebut adalah proyek yang nyata, tetapi masih memiliki sejumlah keterbatasan.
Selain teknologi, peraturan juga berperan penting dalam hal privasi blockchain. Soal keputusan Agensi Layanan Keuangan (FSA) Jepang yang melarang Monero akibat terjadi peretasan bursa kripto, Yap mengatakan hal itu konyol karena tidak berkaitan. Alih-alih melarang, Yap menghimbau regulator lebih baik mengatur kripto yang memiliki fitur privasi.
Jika diregulasi, maka semua titik konversi kripto ke fiat (uang konvensioanl) harus diatur dengan prosedur know your customer (KYC) dan anti pencucian uang (AML). Yap menjelaskan karena ditampung, likuiditas perdagangan akan terpusat di bursa teregulasi sehingga pencucian uang semakin sulit. Dari hal-hal yang disampaikan Yap, terlihat bahwa regulator lebih baik menyambut privasi di blockchain. [ed]