El Salvador Pastikan Tetap Beli Bitcoin Kendati Ditekan IMF

Mungkin terdengar seperti drama klasik antara idealisme dan tuntutan realitas. Di satu sisi, ada IMF dengan semua syarat pinjamannya yang ketat, dan di sisi lain, ada El Salvador, negara kecil yang tetap mempertahankan Bitcoin sebagai bagian dari strategi ekonomi nasionalnya.

Pada akhir April 2025, Menteri Ekonomi El Salvador, Maria Luisa Hayem, menyampaikan hal yang cukup mengejutkan di panggung Web Summit di Rio de Janeiro. Meski pemerintahnya baru saja menandatangani kesepakatan pinjaman sebesar US$1,4 miliar dengan IMF, mereka tetap melanjutkan pembelian Bitcoin.

“Ada komitmen dari Presiden Bukele untuk terus mengumpulkan aset sebagai cara untuk melakukan hal tersebut,” ujar Hayem, dilansir dari Bloomberg News.

Antara Pinjaman dan Prinsip

Memang, isi kesepakatan dengan IMF mengharuskan negara tersebut untuk lebih berhati-hati. Penggunaan Bitcoin oleh sektor publik dibatasi, dan sektor swasta tidak diwajibkan lagi menerima kripto tersebut dalam transaksi.

Namun demikian, semangat dari kantor Bitcoin Nasional tampaknya belum padam. Pemerintah baru saja membeli tambahan 8 BTC, menambah cadangan mereka menjadi 6.162,18 BTC.

Kalau dipikir-pikir, keputusan ini bisa diibaratkan seperti seseorang yang tetap menabung emas saat seluruh keluarga menyuruhnya berinvestasi di obligasi. Apakah ini keputusan cerdas atau keras kepala? Tergantung siapa yang ditanya. Namun satu hal yang pasti, El Salvador sedang bermain di luar zona nyaman sistem finansial tradisional.

Kenapa El Salvador Masih Nekat?

Pertanyaan besarnya tentu saja, kenapa mereka masih melakukannya? Hayem menyatakan bahwa Bitcoin tetap menjadi prioritas nasional karena dianggap sebagai bagian dari visi ekonomi jangka panjang.

Di sisi lain, Presiden Nayib Bukele dikenal tidak segan mengambil langkah yang tidak populer di mata lembaga internasional. Langkah ini tampaknya bukan sekadar aksi simbolik, melainkan bagian dari strategi yang sudah disusun sejak lama.

Lebih lanjut lagi, bukti atas tekad tersebut juga terlihat dari infrastruktur yang telah dibangun, dari dompet digital pemerintah hingga proyek penambangan Bitcoin berbasis energi terbarukan. Jadi, keputusan ini bukan muncul semalam karena harga sedang naik, melainkan konsisten dengan pendekatan yang sudah ditempuh selama bertahun-tahun.

Namun tentu saja, jalan ini bukan tanpa risiko. Dengan kondisi ekonomi global yang masih fluktuatif dan harga Bitcoin yang tidak pernah stabil, banyak pihak mempertanyakan apakah ini saat yang tepat untuk terus menambah kepemilikan aset kripto.

IMF sendiri diketahui cukup khawatir terhadap ketergantungan El Salvador pada Bitcoin, terutama karena volatilitasnya bisa memengaruhi stabilitas fiskal negara.

Akan tetapi, pemerintah Bukele tampaknya melihat peluang di balik volatilitas. Mereka menganggap Bitcoin bukan hanya aset investasi, tapi juga simbol kedaulatan ekonomi di tengah dominasi lembaga-lembaga keuangan global.

Dalam konteks itu, langkah ini bisa jadi lebih mirip pertaruhan geopolitik daripada sekadar keputusan finansial.

Pada akhirnya, El Salvador tampak tidak akan mundur. Bukannya mengabaikan persyaratan IMF, mereka justru mencari cara untuk tetap menjaga komitmen terhadap Bitcoin sambil menyesuaikan regulasi agar lebih fleksibel.

Strategi ini tidak mudah dan tidak semua negara punya keberanian untuk mencobanya. Tapi, El Salvador sudah kadung menempuh jalur ini.

Dan siapa tahu? Di masa depan, langkah mereka mungkin akan dianggap pionir, atau justru jadi contoh peringatan. Yang jelas, selama Presiden Bukele masih berkuasa, Bitcoin sepertinya tidak akan sekadar jadi hiasan di neraca negara. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait