Emas Cetak Rekor Baru, Bitcoin Bakal Menyusul? Begini Datanya

Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi, melampaui US$2.800 per ons, dan diprediksi akan segera menembus angka US$3.000. Lonjakan ini memunculkan pertanyaan besar di kalangan investor, apakah Bitcoin akan mengikuti jejak emas dan mencetak rekor baru?

Menurut analisis dari Simply Bitcoin, tren historis menunjukkan bahwa Bitcoin seringkali menyusul kenaikan emas dengan selisih waktu 30 hingga 60 hari.

Ketakutan Ekonomi dan Dampaknya pada Emas

Salah satu alasan utama melonjaknya harga emas adalah ketidakpastian ekonomi global. Banyak investor mulai beralih ke aset yang dianggap sebagai penyimpan nilai di tengah ketegangan perdagangan dan kebijakan tarif yang diperkenalkan oleh Donald Trump.

Rencana penerapan tarif sebesar 25 persen untuk impor dari Kanada dan Meksiko menambah tekanan pada pasar keuangan, mendorong peningkatan permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai.

Selain itu, ada spekulasi bahwa pasokan emas fisik di London tidak cukup untuk memenuhi klaim kertas yang ada. Proses penebusan emas di Inggris kini memakan waktu antara empat hingga delapan minggu, yang jauh lebih lama dibandingkan sebelumnya.

Banyak emas pun akhirnya dikirim ke New York untuk mengatasi permintaan yang meningkat.

Pergeseran ke Bitcoin sebagai Standar Keuangan Baru

Meski emas masih dianggap sebagai aset strategis, beberapa pemimpin keuangan mulai meragukan perannya di era modern. Gubernur Bank of England, Andrew Bailey, bahkan menyatakan bahwa emas tidak lagi memiliki peran signifikan dalam kebijakan moneter.

“Ini [emas] bukan sesuatu yang besar lagi,” ujarnya.

Sementara itu, beberapa tokoh terkemuka seperti CEO BlackRock, Larry Fink, juga mulai mengakui bahwa Bitcoin memiliki karakteristik yang menyerupai emas sebagai penyimpan nilai.

“Saya percaya Bitcoin adalah alternatif sumber kekayaan,” ungkapnya.

Bahkan Ketua SEC AS, Gary Gensler, secara terbuka membandingkan Bitcoin dengan emas dalam perannya sebagai aset pelindung nilai.

Bitcoin: Emas Digital Abad ke-21?

Dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang ekspansif, Bitcoin semakin dipandang sebagai emas digital yang lebih efisien.

Tidak seperti emas, Bitcoin memiliki jumlah terbatas yang telah ditentukan sejak awal, yakni hanya 21 juta koin. Hal ini membuatnya lebih tahan terhadap inflasi dibandingkan mata uang fiat yang terus mengalami pencetakan berlebihan.

Fakta menarik lainnya adalah bagaimana harga rumah di AS berubah jika diukur dalam Bitcoin. Pada 2018, harga rata-rata rumah di AS sekitar US$260.000 atau setara dengan lebih dari 400 Bitcoin. Saat ini, dengan harga rumah mencapai lebih dari US$460.000, hanya dibutuhkan kurang dari lima Bitcoin untuk membeli properti yang sama.

Ini menunjukkan bagaimana daya beli Bitcoin terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan dolar AS.

Tether dan Peranannya dalam Ekosistem Bitcoin

Sementara itu, Tether, perusahaan di balik stablecoin USDT, baru-baru ini mengumumkan peluncuran USDT di jaringan Bitcoin melalui Lightning Network. Integrasi ini memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan murah, sekaligus memperkuat peran Bitcoin dalam sistem keuangan global.

Dengan total aset lebih dari US$157 miliar, termasuk kepemilikan Bitcoin senilai hampir US$8 miliar, Tether semakin mengokohkan Bitcoin sebagai aset strategis.

Keputusan Tether untuk memperluas jaringan USDT di Bitcoin juga bisa menjadi dorongan besar bagi adopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran global. Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi proteksionis, Bitcoin dipandang sebagai alternatif yang lebih netral dan tahan sensor dibandingkan sistem keuangan tradisional.

Akankah Bitcoin Menjadi Standar Baru?

Meskipun emas terus menorehkan rekor baru, banyak analis percaya bahwa era Bitcoin sebagai standar moneter global semakin dekat.

Dalam beberapa dekade terakhir, emas kehilangan 86 persen nilainya jika dibandingkan dengan Bitcoin, dan tren ini diperkirakan akan berlanjut seiring meningkatnya adopsi Bitcoin oleh institusi keuangan besar.

Menurut laporan Departemen Keuangan AS tahun 2024, Bitcoin dan stablecoin seperti USDT justru mendukung sistem keuangan AS dengan cara yang tidak disadari oleh banyak pihak.

Beberapa analis bahkan menyebut Bitcoin sebagai “sang penyelamat” pasar obligasi AS di tengah menurunnya minat investor asing terhadap treasuri AS.

Rekor tertinggi yang dicapai emas hari ini bisa menjadi sinyal awal bagi Bitcoin untuk mengikuti jejaknya. Dengan pasokan terbatas dan permintaan yang terus meningkat, banyak investor mulai beralih ke Bitcoin sebagai aset utama mereka.

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang fluktuatif, Bitcoin semakin dipandang sebagai aset yang lebih fleksibel, tahan inflasi dan siap menjadi standar keuangan abad ke-21. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait