Emas Melesat, Apakah Bitcoin Bakal Mengikutinya?

Dalam beberapa minggu terakhir, harga emas mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, memicu perbincangan luas di media sosial mengenai potensi dampaknya terhadap kripto utama, Bitcoin.

Sebagian investor percaya bahwa pergerakan emas bisa menjadi indikator utama bagi kenaikan harga BTC di masa depan. Namun, apakah korelasi antara keduanya benar-benar sekuat yang diklaim?

Korelasi Antara Emas dan Bitcoin: Fakta atau Sekadar Ilusi?

Selama bertahun-tahun, emas dianggap sebagai aset penyimpanan nilai yang andal, terutama di tengah inflasi dan ketidakpastian ekonomi global. Di sisi lain, BTC sering disebut sebagai emas digital, meskipun pergerakannya lebih menyerupai saham teknologi dengan volatilitas yang lebih tinggi.

Menurut analis popular Lark Davis dalam video terbarunya, Bitcoin dan emas memang memiliki korelasi dengan M2 global, yaitu jumlah total uang yang beredar di sistem keuangan. Data menunjukkan bahwa ketika jumlah uang dalam sistem meningkat, harga emas dan Bitcoin juga cenderung naik.

“Bitcoin memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan M2, sementara emas memiliki korelasi yang lebih moderat,” ujar Lark Davis.

Ini berarti bahwa saat bank sentral mencetak lebih banyak uang, baik emas maupun Bitcoin ikut terdorong naik. Hanya saja, BTC sering kali bergerak lebih liar dibandingkan emas.

Emas Memimpin BTC? Data Menunjukkan Hal yang Berbeda

Beberapa investor berspekulasi bahwa emas bisa menjadi indikator awal bagi kenaikan harga Bitcoin.

Sebagai contoh, pada Maret 2020, ketika ekonomi global terpukul oleh pandemi, emas mencapai rekor tertinggi hanya dalam waktu lima bulan. Sementara itu, Bitcoin butuh waktu 13 hingga 20 bulan untuk mencapai level tertingginya.

Namun, jika kita melihat tren terbaru dari September 2023 hingga sekarang, gambarannya menjadi lebih kompleks. Bitcoin dan emas memang bergerak naik bersama, tetapi siapa yang memimpin tidak selalu jelas. Dalam beberapa periode, Bitcoin lebih dulu naik, sementara di periode lainnya, emas yang memimpin.

“Ini seperti tarian antara dua penyimpan nilai,” tambah Lark Davis.

Ia menambahkan bahwa, korelasi jangka panjang antara keduanya hanya berada di kisaran 0,1 hingga 0,15, yang menunjukkan bahwa keterkaitan mereka cukup lemah.

M2 Global: Indikator yang Lebih Akurat untuk Bitcoin?

Daripada melihat emas sebagai indikator utama, M2 global tampaknya lebih relevan dalam memprediksi pergerakan Bitcoin. Saat ini, M2 global baru saja mencetak rekor tertinggi baru di angka US$108,2 triliun, dan diproyeksikan akan meningkat 11 persen tahun ini.

Peningkatan ini didorong oleh kebijakan moneter di berbagai negara, termasuk Tiongkok yang masih menjalankan program Quantitative Easing (QE), serta AS yang mulai mengakhiri program pengetatan kuantitatif (QT). Selain itu, Jerman dan beberapa bank sentral lainnya juga meningkatkan jumlah uang beredar.

Menurut Lark Davis, Bitcoin memiliki korelasi yang lebih erat dengan M2 global dibandingkan emas. Ini berarti, selama jumlah uang beredar terus bertambah, Bitcoin cenderung mengalami kenaikan.

“Kita telah melihat lebih dari 83 persen waktu Bitcoin bergerak searah dengan M2. Ini bukan sekadar kebetulan,” jelasnya.

Dengan meningkatnya M2 global, Bitcoin memiliki peluang besar untuk kembali mencetak rekor harga baru dalam waktu dekat.

Meskipun banyak spekulasi bahwa emas bisa menjadi pemimpin bagi Bitcoin, data historis menunjukkan bahwa hubungan keduanya tidak selalu konsisten. Korelasi mereka lebih sering berfluktuasi daripada bergerak sejalan.

Di sisi lain, M2 global tampaknya menjadi indikator yang lebih kuat dalam menentukan tren harga Bitcoin. Dengan M2 yang terus meningkat, banyak investor percaya bahwa Bitcoin masih memiliki potensi besar untuk kembali ke level tertinggi, bahkan mungkin mencapai rekor baru di tahun 2025.

“Selama tidak ada kejadian besar yang mengguncang sistem keuangan global, Bitcoin masih berada di jalur kenaikan,” tutup Lark Davis. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait