Harga emas dunia telah melonjak menembus US$3.500 per troy ounce pada akhir Agustus 2025, mencatat rekor tertinggi tahun ini.
Reli ini dipicu oleh pelemahan dolar AS, ekspektasi kuat terhadap pemangkasan suku bunga The Fed, serta lonjakan permintaan emas dari investor institusional hingga bank sentral.
Pencapaian tersebut menimbulkan pertanyaan serius, apakah ini sekadar reli teknis atau tanda-tanda krisis global yang mulai mengintai?
Menurut catatan pasar dari Bullion Vault, harga emas spot sempat bergerak di kisaran US$3.420–US$3.4490 pada sesi awal Jumat (29/8/2025), sementara kontrak berjangka Desember sempat menyentuh US$3.470 sebelum melejit hebat.
Peningkatan ini memperpanjang kenaikan bulanan emas hampir 4 persen dan menegaskan posisinya sebagai aset lindung nilai utama di tengah ketidakpastian global.
“Sejujurnya, saat ini saya tidak melihat adanya kemungkinan harga [emas] akan turun,” ujar CEO World Gold Council untuk industri pertambangan, David Tait.
Didorong Pelemahan Dolar AS, Ekspektasi The Fed dan Permintaan Safe Haven
Reli emas kali ini terjadi seiring meningkatnya ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang. Pelemahan dolar AS yang mengikuti spekulasi tersebut menurunkan biaya peluang memegang emas, membuat logam mulia itu semakin menarik bagi investor global.
Data ekonomi AS yang melambat serta nada lebih longgar dari Ketua The Fed Jerome Powell turut memperkuat sinyal pemangkasan. Analis memperkirakan, apabila suku bunga benar-benar dipangkas, emas bisa menembus area US$3.600–US$3.720 dalam waktu dekat.
“Ada kisah makroekonomi klasik jika suku bunga AS turun. Lalu ada tema safehaven di mana semua orang membeli emas di masa gejolak, yang sedang kita alami sekarang,” tambah Tait.
Selain faktor kebijakan moneter, ketidakpastian politik dan ekonomi AS juga memberi dorongan tambahan. Kebijakan tarif impor baru dan perdebatan soal independensi bank sentral memicu kekhawatiran terhadap stabilitas dolar AS dan surat utang pemerintah. Kondisi ini mendorong arus besar menuju emas sebagai aset aman.
Secara struktural, permintaan emas juga menunjukkan tren menguat. Total permintaan kuartal II 2025 naik 3 persen menjadi 1.249 ton dengan nilai mencapai US$132 miliar.
Arus masuk ke exchange traded-fund (ETF) emas pun melonjak tajam, sementara sejumlah bank sentral, termasuk Polandia dan Tiongkok, tetap menambah cadangan emas meski pembelian melambat secara tahunan.
Krisis Global Mengintai, Pasar Kripto Terimbas
Meski kenaikan emas tidak secara otomatis berarti krisis global akan terjadi, tren ini jelas mencerminkan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap stabilitas keuangan dunia.
Emas historisnya dipandang sebagai indikator awal keresahan global, di mana lonjakan harga kerap mengiringi gejolak politik, risiko resesi, atau pergeseran nilai mata uang.
Dampaknya, pasar kripto ikut terpengaruh. Dalam periode ketika emas menguat, sebagian modal investor cenderung bergeser dari aset berisiko tinggi menuju logam mulia.
Laporan Barron’s mencatat, ketika ketegangan geopolitik memanas awal tahun ini, harga emas naik sementara Bitcoin justru turun lebih dari 4 persen dan total kapitalisasi pasar kripto terpangkas signifikan.
Di sisi lain, Bitcoin tetap menyimpan potensi sebagai alternatif “emas digital,” terutama bila kebijakan moneter global semakin longgar.
Bitcoin ETF yang mulai berkembang dan mekanisme halving yang membatasi pasokan BTC baru dapat menjadi katalis kenaikan di tengah ketidakpastian. Namun, volatilitas kripto yang tinggi membuatnya belum sepenuhnya dipercaya sebagai safe haven.
Sementara itu, sejumlah pengamat memperingatkan bahwa integrasi kripto dalam sistem keuangan formal justru bisa menambah risiko jika krisis global benar-benar terjadi. Stabilitas stablecoin dan likuiditas bursa kripto dapat teruji dalam kondisi tekanan sistemik.
Ujian Penting Bagi Emas dan Kripto di September
Menjelang September, pasar emas menatap data inflasi PCE AS dan keputusan The Fed sebagai penentu arah berikutnya.
Jika suku bunga diturunkan, emas berpotensi melanjutkan reli ke area US$3.600–US$3.700. Namun, bila data inflasi kembali menguat atau dolar AS berbalik naik, kemungkinan aksi ambil untung dapat menekan harga sementara.
Bagi kripto, ketidakpastian global berarti jalan terjal. Momentum jangka pendek bisa negatif akibat arus modal keluar, tetapi prospek menengah tetap terbuka jika investor kembali melirik aset berisiko setelah stabilitas moneter tercapai.
Dengan kata lain, reli emas ke US$3.500 adalah penanda jelas bahwa pasar global tengah bersiap menghadapi fase penuh gejolak.
Pertanyaan besarnya adalah, apakah ini sekadar alarm palsu, atau sinyal awal dari krisis ekonomi yang lebih besar? Waktu dan kebijakan bank sentral akan menjawabnya. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.