Sejumlah analis berpendapat, bahwa era bearish pasar kripto semakin tegas dan sedang bermula, setelah harga Bitcoin (BTC) telah menyentuh US$20.100 pada Rabu (15/6/2022) lalu. Kamis dini hari, setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin, harga kripto utama itu dan kripto lain menggeliat tipis.
Hal itu bersandar pada fakta bahwa harga Bitcoin hampir menyentuh harga tertinggi sepanjang masa Desember 2017, yakni US$20.000 dan berada di situasi pengetatan moneter yang menguatkan dolar secara signifikan, berbeda dengan situasi bearish sebelumnya.
Era bearish pasar kripto sebelumnya dimulai pada awal tahun 2018 dan berlangsung sekitar dua setengah tahun. Ibarat sebuah siklus, inilah yang terjadi saat ini, dengan kapitalisasi pasar kripto anjlok di bawah US$1 triliun, tanda betapa sangat esktremnya penurunan.
Khusus Bitcoin, menurut Peter Brandt, harga Bitcoin berpotensi jatuh ke US$13.000, jika tak mampu bertahan menutup weekly candle di atas level tertinggi di 31 Mei, di sekitar US$32.206.
Bearish Pasar Kripto, 2 Tahun ke Depan Akan Sangat Sulit
“Pengembang perangkat lunak baru akan datang. Kita juga akan melihat semakin banyak pendirian proyek kripto berkualitas tinggi, termasuk Facebook dan Google akan masuk ke industri blockchain ini. Namun, ada satu faktor besar akan membuat para pendukung itu sangat was-was, karena industri blockchain dan kripto saat ini untuk kali pertama berada di bearish ekonomi makro dengan kebijakan pengetatan kuantitatif oleh The Fed, di mana ada potensi resesi pada tahun depan. Maka, mencerminkan pada penurunan pasar kripto 2018, dua tahun ke depan akan sangat sulit,” kata Garg dari Electrical Capital, dilansir dari Forbes, Rabu (15/6/2022).
Analis lain, Alex Pack di perusahaan ventura Hack, sependapat dengan Garg.
“Satu hingga dua tahun ke depan itulah yang akan terjadi. Itu sebabnya kami menyampaikan kepada perusahaan yang kami dukung agar mereka mempersiapkan landasan pacu yang cukup selama dua tahun,” ucap Pack, menandakan ketidaknormalan situasi pasar yang amat panjang.
Terlepas kepanikan, namun sejauh ini investor kripto jauh lebih optimis daripada penurunan terakhir tahun 2018-2019.
“Ada kekhawatiran wajar di antara banyak investor dan pengembang, bahwa kripto sebagai kelas aset lama akan pulih. Ini serupa dengan penurunan tahun 2018, tetapi berubah ketika pada Desember 2020 harga Bitcoin naik kembali ke US$20.000 (harga puncak di Desember 2017). Saat ini berbeda, karena use case (seperti NFT dan aplikasi keuangan) dan dengan jumlah pengguna jauh lebih besar daripada sebelumnya,” ujar Peck.
Apa Penanda untuk Pulih?
Mengingat kebijakan The Fed yang akan terus menaikkan suku bunga acuan untuk melawan inflasi dan itu akan menyebabkan nilai dolar terus menguat, maka yang perlu diperhatikan adalah dinamika pasar saham. Pasalnya korelasi antara pasar tradisional itu dengan pasar kripto kerap positif.
Sah! Suku Bunga The Fed Naik 75 Basis Poin, Pasar Saham dan Kripto Semakin Loyo
“Kita perlu melihat pasar saham berbalik arah sebelum modal riil mengalir kembali ke Bitcoin,” kata Joshua Lim, Direktur Pelaksana dan Kepala Derivatif di Genesis.
Hal senada diutarakan Tarun Chitra dari Gauntlet. Ia berharap pasar saham dan pasar kripto terus berkorealasi positif selama 12-18 bulan ke depan. [ps]