Aset kripto Ether (ETH) menggila lagi. Setelah diperdagangkan di setara Rp13 juta pada 3 Januari 2021 pukul 21:39 WIB, kini terpantau menjulang mencapai Rp15,3 juta. CME Group menyiapkan ETH dalam produk kontrak berjangkanya, mulai 8 Februari 2021 mendatang.
Berdasarkan pantauan di Indodax, siang ini ETH masuk ke wilayah puncak tertinggi di US$15,3 juta per ETH.
Kenaikan besar itu, setelah aset kripto nomor 2 setelah BTC itu mulai merangsek dari kisaran US$832 (Rp11,8 juta), pukul 19:30 WIB kemarin. Pada medio Desember 2020, harga ETH masih sekitar Rp7 jutaan.
Capaian maha epik itu sekaligus menembus resistensi besar pada 6 Mei 2018 dan 27 Februari 2018.
Patut dicatat, bahwa harga tertinggi sepanjang masa ETH adalah lebih dari US$1500 (Rp21 juta) yang dicapai pada 12 Januari 2018 pada skala harian (daily).
Terdongkrak CME?
Naiknya harga ETH dapat ditafsirkan karena didorong keputusan CME Group yang akan menambahkan ETH sebagai produk baru di kontrak berjangkanya, bersanding dengan kontrak berjangka Bitcoin yang memulai debutnya sejak medio Desember 2017 silam. Kontrak berjangka ETH akan dimulai pada 8 Februari 2021 mendatang.
Menurut CME, hadirnya ETH menjadi produk terbaru mereka, selain Bitcoin sejak Desember 2017, adalah karena besarnya minat dari pengguna produk mereka.
Lagipula, kata CME, minat trader retail dan institutional di pasar spot dan pasar lain juga melesat. Itu ditandai dengan volume perdagangannya yang naik. CME Group adalah korporasi raksasa asal Amerika Serikat yang juga menguasai Bursa Efek New York.
Ekosistem Ethereum sendiri cukup baik, karena sejak 1 Desember 2020 sukses memulai tahap pertama menuju sistem Proof-of-Stake. Hingga detik ini sudah 2.201.474 ETH yang terakumulasi di ETH2 Deposit Contract-nya.
Sementara itu, nilai sektor DeFi kian memuncak lebih dari US$15,7 miliar, berdasarkan Total Value Locked (TVL), berdasarkan data dari DefiPulse. [red]