Ethereum tengah menghadapi masa sulit yang belum pernah terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Harga yang stagnan, dominasi pasar yang melemah, serta sentimen komunitas yang menurun membuat banyak pihak mempertanyakan masa depan platform ini.
Apakah Ethereum benar-benar berada di ambang kemunduran, atau justru ini menjadi momen kebangkitan?
Lark Davis, seorang analis dan influencer kripto ternama, membahas permasalahan ini dalam video terbarunya. Ia menyoroti berbagai faktor yang menyebabkan Ethereum kehilangan momentum dan bagaimana platform ini dapat menemukan jalan keluarnya.
Indikasi Pasar yang Mengkhawatirkan
Salah satu faktor yang paling mencolok adalah Ethereum gagal mencapai rekor tertinggi baru dalam siklus ini. Dibandingkan dengan Bitcoin, Ethereum tampak tertinggal jauh, terutama setelah persetujuan spot Bitcoin ETF di AS. Bitcoin terus mencetak rekor, sementara Ethereum masih kesulitan menembus angka US$4.000.
Dari sisi dominasi pasar, Ethereum kini hanya memiliki sekitar 8 persen dari total kapitalisasi kripto, turun drastis dari 20 persen beberapa bulan lalu.
Dominasi ini terus menurun sejak awal 2024, ketika Bitcoin mulai menarik lebih banyak perhatian investor berkat berbagai narasi seperti ETF dan akumulasi strategis oleh institusi besar.
Davis juga membandingkan Ethereum dengan proyek lain yang mengalami penurunan serupa, seperti Bitcoin Cash dan EOS. Menurutnya, pola harga yang terus mencetak lower high dalam setiap siklus pasar adalah tanda klasik dari jaringan yang mulai kehilangan daya tarik.
Mengapa Ethereum Mulai Tertinggal?
Menurut Davis, ada empat faktor utama yang menyebabkan Ethereum kehilangan momentum:
Narasi Pasar yang Berubah
Siklus pasar kali ini lebih didominasi oleh Bitcoin dan memecoin. Bitcoin mendapat dorongan besar dari ETF dan adopsi institusional, sementara memecoin mengalami lonjakan besar, terutama di jaringan Solana.
Sebaliknya, Ethereum yang sebelumnya mendominasi sektor DeFi, kini kehilangan daya tarik karena kurangnya inovasi besar.
Ekosistem Layer-2 yang Justru Menghambat Ethereum
Banyaknya solusi Layer-2 seperti Arbitrum, Optimism dan Polygon yang bertujuan untuk mengurangi beban jaringan Ethereum justru membuat likuiditas berpindah ke ekosistem lain.
Proyek-proyek ini memang masih bergantung pada Ethereum, tetapi mereka mengurangi kebutuhan pengguna untuk langsung membeli dan menggunakan ETH dalam jumlah besar.
Biaya Transaksi yang Tidak Kompetitif
Ethereum tetap menjadi salah satu jaringan paling mahal untuk digunakan. Meskipun aktivitas jaringan menurun, biaya transaksi tetap tinggi dibandingkan pesaing seperti Solana dan Avalanche.
Hal ini membuat banyak pengguna dan pengembang beralih ke platform yang menawarkan biaya lebih rendah dan pengalaman pengguna yang lebih baik.
Kurangnya Narasi Baru yang Menarik
Ethereum belum memiliki narasi pasar yang kuat untuk menarik investor baru. DeFi masih menjadi sektor utama, tetapi tidak mengalami lonjakan besar seperti sebelumnya.
Davis menilai Ethereum membutuhkan dorongan baru, seperti adopsi aset dunia nyata (RWA) atau peningkatan signifikan dalam sektor DeFi, agar bisa kembali menarik perhatian pasar.
Apakah Ethereum Akan Bangkit?
Saat ini, Ethereum masih menguasai sekitar 50 persen total nilai yang terkunci (TVL) di sektor DeFi. Banyak whale Ethereum masih aktif menggunakan platform ini, meskipun biaya transaksinya tinggi. Namun, apakah ini cukup untuk memastikan kelangsungan dominasi Ethereum?
Menurut Davis, Ethereum perlu menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam struktur harga. Jika Ethereum terus mencetak lower lows, maka risiko penurunan lebih lanjut semakin besar.
Sebaliknya, jika harga mulai stabil dan mencetak higher high, maka potensi pemulihan bisa terjadi.
Selain itu, Ethereum perlu menemukan narasi baru yang kuat untuk menarik minat investor dan pengguna baru. Inovasi di sektor DeFi, pengurangan biaya transaksi, dan adopsi aset dunia nyata bisa menjadi kunci untuk membalikkan tren negatif ini.
Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Ethereum benar-benar mengalami kemunduran permanen atau hanya mengalami siklus sementara. Davis menyebutkan bahwa Ethereum masih memiliki tim pengembang terbaik di industri dan kapasitas untuk melakukan inovasi besar.
Namun, Ethereum juga harus segera mengambil langkah konkret untuk meningkatkan daya saingnya. Jika tidak, platform ini bisa mengalami nasib serupa dengan proyek-proyek yang pernah dominan tetapi gagal beradaptasi dengan perubahan pasar.
“Ethereum masih bisa bangkit, tetapi mereka harus segera bertindak. Jika mereka tidak mengatasi masalah biaya transaksi dan kurangnya daya tarik bagi investor baru, maka platform ini bisa terus kehilangan pangsa pasar,” ujar Lark Davis.
Dengan tantangan yang ada, Ethereum berada di persimpangan jalan. Apakah akan kembali menjadi pemimpin industri atau justru tergilas oleh inovasi kompetitor? Hanya waktu yang bisa menjawab. [st]