Filecoin menggabungkan teknologi blockchain, jaringan peer-to-peer dan imbalan aset kripto dalam satu sistem penyimpanan dan distribusi data. Mampukah Filecoin mengguncang pasar komputasi awan tradisional yang terbilang mahal?
Debut Filecoin sebagai proyek bergengsi di dunia komputasi awan dimulai pada tahun 2017 silam. Ketika itu Juan Benet menciptakan Interplanetary File System (IPFS), sebuah sistem file di Internet yang diklaim unik dan berdayajangkau besar.
Konsepnya sederhana, yakni model jaringannya peer-to-peer, di mana pengguna berinteraksi secara langsung dalam berbagi file dan informasi tanpa entitas sentral.
Kendati serupa dengan pada produk berbagi file Napster dan Torrent yang popular sejak tahun 1990-an, IPFS diklaim lebih desentralistik daripada pendahulunya itu dan memiliki fitur serupa seperti komputasi awan.
Hanya saja, tambahan aspek di dalamnya adalah penggunaan konsensus algoritma unik pada sistem blockchain dan memiliki imbalan berupa aset kripto, bagi siapa saja yang ingin menyisihkan media simpan (file storage) di komputernya untuk digunakan oleh pihak lain. Aspek imbalan ini memastikan kesediaan partisipan untuk terus berada di dalam sistem.
Kendati bersifat desentralistik, sistem itu dianggap ampuh akan mendisrupsi bisnis komputasi awan saat ini yang terbilang mahal.
Akses terhadap sistem baru itu pun terbilang mudah, murah dan lebih terbuka bagi siapa saja. Bayangkan saja, bisnis komputasi awan saat ini bernilai lebih dari US$46–96 miliar per tahun.
Debut 2017 itu tertunda selama 3 tahun, hingga beberapa hari lalu, sistem blockchain-nya sudah meluncur. Ekosistem sudah mulai bergerak berdasarkan road map yang ada.
Nah, di atas kertas dan secara teoritik, IPFS menjanjikan banyak hal, setidaknya lebih murah dari sisi biaya.
Untuk layanan penyimpanan data di Google misalnya. Untuk 100 GB sekitar US$1,99 per bulan (Rp29.381,06) atau Rp293 per GB.
Sedangkan Filecoin saat ini yang menggunakan IPFS, sekitar US$0,027 per tahun (Rp398,64) per GB. Harga itu berubah setiap jam, bisa lebih mahal atau sebaliknya. Lihat perubahannya di situs ini.
Untuk urusan host dan distribusi data, dibandingkan dengan Amazon Cloud S3 Standar, biaya menggunakan sistem Filecoin 10 kali lebih murah. Layanan Amazon itu sekitar U$0,276 (Rp4.000) per GB per tahun.
Siapa di Balik Filecoin?
Mudah menebak bahwa keunggulan Filecoin untuk sektor komputasi awan menarik banyak investor ke dalamnya. Filecoin yang dibuat oleh Protocol Labs besutan Juan Benet didanai oleh nama terkenal, yang sebelumnya getol masuk ke proyek tradisional yang bukan berbasis blockchain, di antaranya adalah Andreessen Horowitz dan Sequoia Capital.
Pada Initial Coin Offering (ICO) pada tahun 2107 silam Protocol Labs berhasil mengumpulkan lebih dari US$258 juta. Nilai investasi yang menggagumkan mencerminkan kepercayaan diri investor terhadap teknologi masa depan ini.
IPFS sendiri sudah digunakan secara gratis oleh banyak pihak, di antaranya Neocities dan Internet Archive. Di luar itu, NetFlix sendiri mulai menggiatkan penelitian soal IPFS ini agar bisa diterapakan di layananya.
Namun, karena ini masih dalam tahap permulaan, banyak tantangan yang mengemuka, khususnya soal daya tampung sistem ketika data yang berlalu lalang sangat masif.
Dibandingkan dengan komputasi awan bersistem sentralistik saat ini, soal kecepatan proses masih berasa relatif nyaman, kendati harganya lebih mahal. [red]