The Fed telah menegaskan fokusnya pada inovasi sistem pembayaran dengan mengumumkan Payments Innovation Conference yang dijadwalkan berlangsung pada 21 Oktober 2025 mendatang.
Berdasarkan laporan Reuters, acara ini akan membahas perkembangan teknologi finansial, termasuk stablecoin, tokenisasi dan penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam sektor pembayaran.
“Konferensi ini akan mengeksplorasi topik-topik baru seperti kasus penggunaan stablecoin, titik temu antara kecerdasan buatan dan pembayaran, serta tokenisasi produk dan layanan keuangan,” ujar pihak The Fed.
Langkah ini menjadi salah satu upaya The Fed untuk merespons pesatnya perubahan lanskap pembayaran global. Teknologi berbasis blockchain dan AI dinilai semakin berperan penting dalam meningkatkan efisiensi, keamanan, serta mendorong integrasi antara sistem keuangan tradisional dan terdesentralisasi (DeFi).
Konferensi ini diharapkan mampu merumuskan strategi kebijakan yang seimbang antara inovasi teknologi dan stabilitas finansial.
Regulasi Baru Stablecoin di AS
Perhatian terhadap stablecoin semakin besar setelah Presiden AS, Donald Trump, menandatangani GENIUS Act (Guiding and Establishing National Innovation for US Stablecoins) pada Juli 2025.
Undang-undang ini menjadi tonggak pertama yang memberikan dasar hukum resmi bagi stablecoin di negara tersebut.
Aturan tersebut mewajibkan penerbit stablecoin menyimpan cadangan dalam bentuk tunai atau surat utang negara, sekaligus melarang pembayaran bunga. Namun, platform kripto tetap diperbolehkan memberikan insentif kepada pengguna stablecoin.
Dengan adanya regulasi ini, penerbit stablecoin kini memiliki jalur hukum untuk mengajukan lisensi bank dan memperoleh akses ke akun master di The Fed. Hal ini dipandang sebagai langkah besar dalam memberikan legitimasi dan meningkatkan kepercayaan terhadap aset digital tersebut.
Sementara itu, pengawasan terhadap aktivitas terkait kripto juga mengalami perubahan. Program Novel Activities Supervision, yang sebelumnya dikhususkan untuk mengawasi aktivitas kripto oleh bank, resmi dihentikan. Kini, pengawasan dilakukan melalui proses standar berbasis risiko, sama seperti produk keuangan lain.
Gubernur The Fed, Michelle Bowman, menyatakan pentingnya mengambil langkah lebih proaktif dalam menghadapi perkembangan teknologi finansial.
Ia menilai sikap terlalu berhati-hati dapat memperlambat adopsi teknologi baru seperti blockchain dan AI, padahal keduanya berpotensi meningkatkan daya saing sistem keuangan AS di kancah global.
Tantangan dan Risiko Stabilitas Finansial
Meski mendapat legitimasi hukum, stablecoin tetap menuai kekhawatiran dari lembaga internasional. Bank for International Settlements (BIS) memperingatkan bahwa stablecoin belum sepenuhnya memenuhi kriteria “sound money,” terutama dalam hal jaminan nilai.
BIS menilai tanpa regulasi yang ketat, stablecoin berpotensi menimbulkan risiko terhadap stabilitas sistem keuangan global serta melemahkan kedaulatan moneter suatu negara.
Sebagai alternatif, sejumlah bank sentral lebih mendorong pengembangan mata uang digital bank sentral (CBDC) yang dianggap lebih aman dan terkendali. CBDC dinilai mampu memberikan solusi digitalisasi sistem pembayaran tanpa menimbulkan risiko serupa dengan stablecoin swasta.
Dengan adanya konferensi pada Oktober mendatang, The Fed berupaya menegaskan perannya sebagai otoritas moneter yang terbuka terhadap inovasi namun tetap berhati-hati dalam menjaga stabilitas finansial.
Fokus pada stablecoin, tokenisasi dan AI mencerminkan arah baru kebijakan pembayaran di AS. Bagaimana hasil konkret dari konferensi tersebut akan menjadi perhatian global, mengingat peran dominan The Fed dalam sistem keuangan internasional. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.