Muhammad Ali (20) gagal mewujudkan mimpinya menjadi penambang Bitcoin dan Ether setelah Taliban menguasai Afghanistan. Pasalnya, akses ke Internet diblokir, bahkan ponsel berkamera saja dilarang.
Pupusnya harapan Ali memaksa ia dan sekitar 50 pemuda lain lari ke Eropa, melalui Iran dan Turki, tempat di mana 4 juta warga Suriah mencari perlindungan.
Dilansir dari Reuters, Rabu (26/8/2021), di sebuah video, di sebuah drainase tua, Ali dan lainnya bersembunyi menunggu jemputan untuk kabur.
Ali mengatakan dia pernah belajar ilmu komputer dan mengajar web dan desain grafis di Afghanistan. Dia mengatakan dia memiliki saluran YouTube di mana dia memposting video beragam topik, termasuk cara menghasilkan uang secara daring.
Penambang Bitcoin Mimpi si Ali
“Saya sedang merencanakan bisnis penambangan Bitcoin atau Ether. Saya ingin sekali jadi penambang kripto. Namun tiba-tiba semuanya berubah dan Taliban mengambil alih seluruh Afghanistan. Sekarang di sana tidak ada Internet lagi. Bagaimana saya bisa bekerja lagi? Bahkan ponsel berkamera saja Taliban tidak akan mengizinkannya,” katanya.
Setelah melakukan perjalanan selama berminggu-minggu melalui Iran, para migran yang masuk lewat provinsi timur Turki, Van, berjalan kaki, bus, atau perahu ke kota Tatvan di tepi barat Danau Van.
Dalam perjalanan mereka mencoba untuk menghindari pos pemeriksaan polisi, penggerebekan di tempat persembunyian mereka dan kapal penjaga pantai yang berpatroli di danau besar, di mana sebuah kapal yang membawa sekitar 60 migran tenggelam tahun lalu, menewaskan mereka semua.
Dalam beberapa pekan terakhir, polisi Turki telah menahan ribuan migran Afghanistan di antara sekitar 300.000 orang di negara itu.
Mereka yang ditangkap di Bitlis dikirim ke pusat repatriasi di Van, meskipun warga Afghanistan saat ini tidak dikirim kembali ke negara mereka karena kekacauan di sana.
Sehari setelah dia berbicara dengan Reuters, Ali mengirim pesan teks. “Kami ditangkap oleh polisi,” katanya.
Jadi penambang Bitcoin mungkin mimpi kebanyak pemuda di seluruh dunia. Pemuda di negara lain bisa jadi beruntung karena punya akses Internet melimpah, non stop. Tetapi Muhammad Ali harus menunda mimpinya itu dengan waktu yang sangat tak pasti. [ps]