Gerakan BRICS Ancam Dolar AS?

BRICS kian ancam dolar AS dengan berbagai gerakan yang dilakukan untuk menggeser mata uang AS dari dominasinya di perdagangan internasional.

BRICS adalah aliansi dari negara Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan, yang tengah berfokus untuk menghadirkan mata uang internasional baru guna mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

BRICS Ancam Dolar AS? 

Berdasarkan laporan Project Syndicate, BRICS telah memulai langkah mereka untuk tujuan tersebut, yang menarik banyak minat dari negara-negara lain.

Iran, Malaysia, Prancis dan Arab Saudi adalah di antara negara-negara yang juga ingin mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS, berharap uang fiat mereka dapat memiliki peran lebih dalam perdangangan internasional.

Saat ini, negara-negara maju dan berkembang sudah merasa kurang baik jika terlalu bergantung pada sistem moneter AS dan bank sentralnya, The Fed.

Beberapa negara mulai melirik narasi mata uang, kebijakan moneter dan pola perdagangan masing-masing yang digunakan dalam skala global, sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi AS.

Tetapi, BRICS kemungkinan masih akan menemukan hambatan serius dalam tujuan mereka menggeser dominasi dolar AS.

Dua anggota utamanya, Tiongkok dan India, adalah dua negara yang jarang bekerja sama, bahkan terkesan seperti musuh bebuyutan. Ini tentu dapat menjadi batu sandungan bagi tujuan bersama mereka.

Langkah BRICS bersama Iran dan Arab Saudi juga tentu akan berimbas pada perdagangan minyak mentah dunia, karena dua negara ini adalah produsen besar.

Kemungkinan, di tahap awal harga minyak akan tersedia dalam beberapa mata uang fiat, jika dolar AS tak lagi dijadikan acuan utama dalam perdagangan.

Untuk menantang dominasi dolar AS, anggota BRICS dan yang ingin mengikuti gerakannya perlu memperbolehkan pembelian dan penjualan aset dalam mata uang mereka secara bebas dan tanpa pembatasan. Itu termasuk tanpa adanya kontrol modal seperti yang dilakukan oleh Tiongkok.

Hal tersebut sangat penting agar investor asing dan domestik memiliki kepercayaan pada mata uang mereka. Sampai saat mereka dapat menawarkan alternatif dolar AS yang kredibel untuk tabungan mereka sendiri, dominasi dolar AS tidak akan terganggu. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait