Celso Amorim, penasehat kebijakan luar negeri bagi Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, berkata gerakan dedolarisasi penting agar Brasil bebas dari hegemoni dolar AS.
Amorim membahas dedolarisasi dalam wawancara dengan kanal berita milik pemerintah Tiongkok, Global Times. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan dan Duta Besar bagi Inggris.
Amorim menjelaskan, Presiden Lula melakukan kunjungan pertama kali ke Tiongkok setelah mulai menjabat pada 1 Januari lalu dan bertemu Presiden Xi Jinping untuk membahas strategi agar Brasil dan Tiongkok semakin dekat.
Gerakan Dedolarisasi
Tiongkok dan Brasil telah setuju melaksanakan perdagangan memakai mata uang nasional masing-masing dan tidak memakai dolar AS.
Kedua negara tersebut adalah anggota kelompok BRICS yang dikabarkan sedang menggarap mata uang baru demi membebaskan diri dari hegemoni dolar AS.
BRICS terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan.
“Saya pikir hal yang alami kami dapat berdagang memakai mata uang sendiri. Dolar AS telah menjadi dominan setelah Perang Dunia II, sebelumnya poundsterling Inggris. Bila kami dapat memakai mata uang kami sendiri, itu adalah hal terbaik,” jelas Amorim, dikutip dari News Bitcoin.
Amorim mengakui belum jelas apakah negara-negara BRICS akan memakai mata uang bersama atau mata uang negara masing-masing.
Tetapi, ia menekankan tujuan utama adalah membebaskan diri dari dominasi satu mata uang sebab hal tersebut dapat dipakai sebagai senjata politik.
Penasehat kebijakan luar negeri tersebut berkata kunjungan Presiden Brasil ke Tiongkok adalah tindak lanjut dari kemitraan strategis antara kedua negara tersebut.
Tiongkok adalah mitra dagang paling besar bagi Brasil, dan Brasil menjadi negara yang menerima investasi besar dari Tiongkok, jelas Amorim.
Amorim berpendapat Brasil dan Tiongkok dapat berperan penting membangun dunia multipolar dimana kekuatan tidak dikuasai satu atau dua negara dan tidak ada hegemoni mata uang.
Ia menegaskan, Brasil berniat meningkatkan kerjasama strategis dengan Tiongkok, dan kunjungan Presiden Lula akan memupuk hubungan antara Brazil dan Tiongkok ke tahap selanjutnya.
Amorim turut menghimbau negara-negara berkembang untuk bekerjasama lebih erat. Belum lama ini, Presiden Lula mengajak negara berkembang untuk meninggalkan dolar AS sebagai mata uang cadangan global. [ed]