Golden Cross Bitcoin: Brutal Dahulu Melejit Kemudian

Meski saat ini harganya tengah merosot, secara teknikal Bitcoin masih memiliki sinyal bullish dari golden cross indikator Moving Average.

Sejak rilisnya data NFP AS pada awal bulan ini (3/2/2023), harga BTC cenderung merosot dan menjauh dari level psikologis jangka pendek utama, US$24.000 dan US$23.000.

Namun berdasarkan laporan News BTC, sebuah tim analis melihat bahwa Bitcoin masih memiliki sinyal untuk mendukung kelanjutan bullish yang telah dibangun di sepanjang bulan Januari 2022.

Golden Cross Bitcoin 

Tim analis dari perusahaan analitik on-chain Jarvis Labs mengonfirmasi akan terbentuknya golden cross pada indikator MA 50 hari dan MA 200 hari.

golden cross bitcoin

Karena potensi golden cross Bitcoin ditemukan pada grafik daily, kemungkinan ini akan memuci dorongan ke atas dalam beberapa bulan ke depan.

Di masa lalu, golden cross terbukti membawa dorongan bullish pada harga Bitcoin (BTC), seperti di tahun 2021 dan 2015, yang masing-masing melonjak sebesar 45 persen dan 6.566 persen.

Keduanya pun terjadi setelah harga merosot jatuh dan berlanjut dengan pembentukan ATH baru, sehingga investor mewaspadai makro bullish yang akan dimulai dari sini.

Tim analis di Jarvis Labs telah mengulas dampak dari sentimen makro dan bagaimana pasar kripto diposisikan ketika golden cross terbentuk pada grafik harga Bitcoin.

Golden cross dapat dianggap sebagai bunga pertama musim semi. Itu terjadi ketika MA 50 hari naik di atas MA 200 hari. Setiap kali hal ini terjadi pada Bitcoin, telah dipastikan bahwa tren bullish makro baru sedang berlangsung,” ungkap tim analis Jarvis Labs.

Menanggapi harga yang terkoreksi tajam jelang terbentuknya golden cross Bitcoin, analis Jarvis Labs menganggap itu sebagai goncangan brutal sebelum melesat ke titik tertinggi baru.

Penurunan hebat beberapa hari terakhir ini juga dianggap sebagai pijakan untuk dimulainya tren baru dan memperkuat kedatangan arus bullish yang sesungguhnya.

Sebelum golden cross Bitcoin tercipta pada September 2021, harga BTC juga sempat merosot sekitar 20 persen sebelum akhirnya melesat ke ATH saat ini, di kisaran US$69.000.

Tim analis Jarvis Labs juga melihat potensi penurunan dari indeks dolar AS (DXY), yang pergerakannya sering berbalik dengan kripto. Jika DXY jatuh, maka harga BTC akan terangkat, vice versa.

Bahkan pada grafik di atas, terlihat DXY telah membentuk death cross (tanda bearish) dari SMA 50 dan 200 hari, dan akan membentuk satu lagi dari SMA 100 dan 200 hari.

Selain itu, tim analis Jarvis Labs juga menemukan adanya peningkatan dari aktivitas dompet whale. Itu dianggap sebagai potensi implikasi bullish untuk harga BTC dan akan mendatangkan lebih banyak volatilitas di masa mendatang. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait