Goldman Sachs: Dolar AS Tetap Kuat, Kendati Terancam Mata Uang Lain

Dolar AS telah menguat lebih dari 3 persen sejak terendahnya pada Kamis (4/5/2023), dan ada alasan yang kuat untuk percaya bahwa kekuatan ini dapat berlanjut, menurut Goldman Sachs.

Dolar AS Tetap Kuat Menurut Pakar Goldman Sachs

Kekuatan dalam dolar AS ini datang meskipun ketegangan yang meningkat di Washington, D.C., menjelang batas waktu plafon utang AS yang segera, dan semua ini terjadi karena ekonomi AS berjalan dengan baik.

Setidaknya hal ini jauh lebih baik dibandingkan dengan ekonomi negara lain, kata Michael Cahill dari Goldman Sachs dalam catatan yang diterbitkan pada Selasa (23/5/2023), dikutip dari Market.Businessinsider.

“Kondisi kredit di AS tidak mengalami pembatasan sebanyak atau secepat yang awalnya ditakuti. Selain itu, pertumbuhan di negara lain mengalami kelesuan sedikit dibandingkan dengan ekspektasi yang kuat pada awal tahun,” kata Cahill.

Dia juga menambahkan bahwa aktivitas ekonomi di China mengalami perlambatan meskipun ada ekspektasi tinggi setelah pembukaan kembali ekonomi pasca-COVID.

Selain itu, kurangnya mata uang asing yang menjadi pesaing kuat bagi status cadangan dolar AS juga mendukung kekuatan dolar, menurut catatan tersebut.

“Salah satu alasan kekuatan dolar saat ini adalah karena tidak ada alasan yang meyakinkan untuk memegang posisi jangka panjang pada mata uang utama lainnya,” kata Cahill.

“Kita masih menunggu pesaing yang kuat, dan euro belum mengambil peran tersebut.” tambahnya.

Semua ini berarti para investor tidak akan terkejut jika dolar AS terus menguat sepanjang tahun ini, terutama karena euro menunjukkan tanda-tanda pelemahan lebih lanjut dari level resistensi kunci 1,10 terhadap dolar.

“Tanpa bukti yang lebih kuat tentang perbedaan di wilayah euro yang menguntungkan, kami tidak berpikir EUR/USD dapat melewati kisaran terakhir ke sisi atas,” kata Cahill.

Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS dari The Fed GDPNow yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,9 persen di kuartal kedua, dan pertumbuhan ekonomi AS baru-baru ini melampaui wilayah euro.

Walaupun terdapat tren dedolarisasi yang sangat ditakuti dan ancaman dari yuan Tiongkok terlihat tidaklah berdasar.

“Prakiraan global kami mengindikasikan bahwa kemungkinan masih ada ruang bagi kekuatan Dolar dalam jangka pendek lebih dari yang diproyeksikan oleh pasar,” ujar Cahill.

“Pada akhirnya kami berpikir depresiasi Dolar AS secara keseluruhan selama tahun ini akan lebih terbatas daripada yang umum dipercayai,” tambahnya. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait