Semakin populernya kripto menjadikannya pisau bermata dua — di satu sisi menawarkan peluang, namun di sisi lain membuka celah bagi kejahatan siber. Serangan kini tidak hanya menyasar individu, tetapi juga perusahaan dan proyek besar. Kabar terbaru datang dari Turki, di mana BtcTurk — salah satu crypto exchange tertua yang berdiri sejak 2013 — menjadi korban selanjutnya.
US$48 Juta Dicuri dari Bursa Kripto BtcTurk
Dilansir dari tweet yang diunggah oleh penyedia layanan keamanan Web3, Cyver Alerts, pada pada Kamis (14/08/2025), salah satu bursa kripto tertua, BtcTurk, yang telah berdiri lebih dari satu dekade lalu telah menjadi korban peretasan.
Cyver Alerts melaporkan bahwa aset kripto senilai lebih dari US$48 juta atau sekitar Rp777 miliar berhasil dicuri. Peretasan terjadi pada Kamis malam dan melibatkan pencurian beberapa altcoin. Dana tersebut diketahui diambil dari beberapa jaringan.
“Sistem kami mendeteksi beberapa peringatan di jaringan ETH, AVAX, ARB, BASE, OP, MANTLE, dan MATIC. Sebagian besar dana dipindahkan ke beberapa alamat,” tulis Cyver Alerts di X.

Menurut laporan tersebut, pelaku peretasan BtcTurk sudah menyelesaikan proses transfer dana dan mulai menukar aset curian untuk menyamarkan jejak. Cyver Alerts menyebut pihaknya telah menghubungi tim BtcTurk terkait insiden ini.
Pihak BtcTurk pada hari yang sama lalu mengumumkan melalui akun resminya bahwa seluruh proses transaksi di platform mereka akan dihentikan sementara hingga investigasi terkait peretasan tersebut selesai.
“Setoran dan penarikan aset kripto telah ditangguhkan sementara. Proses ini akan dibuka kembali setelah pekerjaan selesai. Mayoritas aset digital disimpan di dompet dingin kami yang aman,” jelasnya.
Siapa Dalang Dibalik Peretasan BtcTurk?
Hingga kini belum ada informasi resmi mengenai siapa dalang di balik peretasan BtcTurk. Insiden ini menjadi pengingat bahwa keamanan siber merupakan aspek krusial di industri kripto, mengingat nilai aset yang dipertaruhkan begitu besar.
Serangan ini juga menjadi salah satu yang terbesar, menyusul kasus Bybit yang diretas dan merugi lebih dari Rp23 triliun, serta peretasan Indodax. Kedua kasus tersebut sempat dikaitkan dengan kelompok peretas asal Korea Utara, Lazarus Group, yang dikenal memiliki rekam jejak panjang dalam mencuri aset digital.
Setelah Indodax, Siapa Korban Keganasan Lazarus Group Berikutnya?
Kini muncul pertanyaan, apakah mungkin Lazarus kembali menjadi tersangka utama, atau justru ada kelompok peretas lain yang terlibat di balik serangan ini? Proses investigasi masih berjalan, sementara komunitas kripto menunggu kepastian identitas pelakunya. [dp]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.