Memasuki tahun yang baru, pertanyaan ini terus bergelayut: bagaimana peluang menambang Bitcoin pada tahun 2020? Satu rumusan yang pasti, bahwa menambang Bitcoin untuk mendapatkan passive income akan semakin sulit dari tahun ke tahun, karena difficulty mining terus meningkat dan Bitcoin Halving kian menekan laju pasokan Bitcoin ke pasar.
Untuk menakar peluang menambang Bitcoin 2020, kita bisa menggunakan perhitungan yang sederhana, tetapi tidak terlampau akurat, karena sejumlah faktor.
Dua faktor utama adalah Network Hash Rate dan harga Bitcoin. Network Hash Rate adalah besaran komputasi jaringan blockchain Bitcoin yang juga mencerminkan besaran kekuatan penambangan Bitcoin. Semakin besar hash rate-nya, maka semakin besar pula tingkat persaingannya, sekaligus menunjukkan tingkat keamanan jaringan itu sendiri.
Hash rate Bitcoin tumbuh rata-rata 0,4527678 persen per hari. Artinya, jika Anda membeli perangkat keras penambangan dengan kekuatan hash rate 50 TH/s, maka tingkat berbagi terhadap jaringan akan menurun setiap hari dibandingkan dengan total hash rate jaringan Bitcoin.
Situs buybitcoinworldwide.com misalnya mengacu pada pada pertumbuhan hash rate itu, yakni 0,4527678 persen per hari. Pertumbuhan ini berlangsung selama 6 bulan terakhir. Tanpa faktor itu, maka perhitungan peluang menambang Bitcoin akan lebih menguntungkan daripada yang sesungguhnya.
Maka, dengan kekuatan komputasi perangkat menambang yang kecil, Anda harus mengacu pada harga Bitcoin yang lebih tinggi. Atau dengan kata lain, harga Bitcoin yang terus meningkatlah yang membantu Anda meningkatkan keuntungan.
Faktor Listrik
Satu contoh konkret misalnya begini. Anda menambang Bitcoin menggunakan Antminer T17. Dengan hash rate 42 TH per detik, konsumsi listrik 2.310 watt dan biaya listrik US$0,11 (Rp1500) per kilowatt jam, dan harga Bitcoin US$8.100, maka keuntungan yang Anda peroleh per bulan adalah US$1,79 (Rp24.504). Sedangkan dengan harga Bitcoin US$10.000, per bulan raihan keuntungan adalah Rp617.820. Benar-benar sangat kecil.
Namun demikian, anggapan umum faktor terpenting adalah biaya listrik. Biaya listrik Rp1500 itu adalah asumsi biaya listrik di Indonesia. Jikalau Anda menambang di Tiongkok atau Iran, biaya listrik bisa ditekan hingga lebih dari 50 persen.
Faktor Halving
Bitcoin Reward Halving pada Mei 2020 mendatang juga mendapat sorotan sebagai faktor lainnya. Pada bulan itu, imbalan Bitcoin terhadap para penambang akan berkurang dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC per 10 menit. Dengan kata lain, pasokan Bitcoin ke dalam pasar akan berkurang alias Bitcoin semakin langka.
Terkait halving dan menambang Bitcoin, Steve Tsou CEO RRMine menyebutkan, bahwa Pertama, para penambang dengan tingkat efisiensi yang rendah (harga listrik yang mahal dan kekuatan alat penambang yang kecil-Red), kemungkinan besar akan istirahat atau berhenti sepenuhnya.
Kedua, bisnis menambang secara daring alias cloud mining akan dicaplok oleh perusahaan-perusahaan bermodal besar, karena mereka sanggup membeli alat penambangan yang lebih tinggi spesifikasinya termasuk biaya listrik yang jauh lebih murah.
Ramak J Sedigh, Pendiri Plouton Mining menegaskan pendapat Tsou, bahwa halving berikutnya membuat alat penambang Antminer S9 akan tak berdaya, kecuali harga Bitcoin akan melampaui harga US$20.000 pada akhir Mei 2020.
“Intinya, Anda harus menaiktarafkan alat tambang Anda di daya listrik 2599 Watt dan berdaya komputasi hingga 70 TH per detik, termasuk mengantisipasi membeli alat dengan chip 5 dan 3 nanometer dengan hash rate yang lebih besar,” kata Ramak. [Coinrivet/red]