Harga Bitcoin dan Cabai Keriting

Pengusaha Mark Cuban pernah bilang bahwa harga pisang lebih stabil daripada harga Bitcoin. Tentu itu sebuah perumpamaan sederhana yang agak lebay. Sampai-sampai saya harus berpikir besok-besok analogi apalagi yang ia pakai. Pisang yang berotak atau cabai keriting yang susah di-rebonding?

OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id

Pebisnis seperti Mark Cuban tergolong lebih realistis menimbang-nimbang untuk mengadopsi Bitcoin lebih dalam. Dia bukanlah tipikal yang “hard marketer” bahwa Bitcoin adalah yang terbaik.

Dia cenderung mempertimbangkan masak-masak kapan dia harus membeli aset kripto itu dan menawarkannya kepada orang lain. Ibarat lagu jadul Ebiet G Ade, pikiran Cuban mungkin adalah: “tengoklah ke dalam sebelum bicara“.

Anda tentu masih ingat ucapan Mark Cuban pada tahun lalu. Dia bilang harga pisang lebih stabil daripada Bitcoin. Tentu itu sebuah perumpamaan sederhana yang agak lebay, bahwa Bitcoin yang sebenarnya ia bela, belum semenarik yang diimpikan orang. Kritik semacam itu enak dinikmati kalau Anda menggunakan kalkulator harga pisang ini.

Bagi Cuban, seperti yang ia tuturkan baru-baru ini, Bitcoin akan mengalami adopsi yang hebat jikalau penggunaan Bitcoin tidak seruwet saat ini.

Cuban memang tak secara spesifik menjelaskan, ruwetnya apa dan di bagian apa. Namun, kalau kita berandai-andai, katakanlah hari ini saya adalah pendatang baru di dunia Bitcoin. Ketika pertama kali belajar mengirimkan Bitcoin tentu saja harus memasukkan address yang panjang yang tidak ramah di mata itu.

Address itu kelihatannya lebih mirip password daripada alamat tujuan untuk mengirimkan uang selayak nomor rekening bank. Keliru sedikit, BTC pun melayang, walau ada fitur copy dan paste dan Quick Response Code.

Tentu itu tidak masalah bagi yang cepat beradaptasi dan lebih bisa memaklumkan. Sebaliknya bermasalah bagi sebagian orang, katakanlah orang tua non-Generasi Milenial. Maaf, saya tak sedang mengatakan mereka bodoh, tapi bukankah Anda pernah mengalami hal serupa?

“Bitcoin harus lebih mudah digunakan, sekalipun itu oleh nenek-nenek. Dan lagi, Bitcoin harus lebih mudah ditransaksikan, tanpa dikonversi terlebih dahulu menjadi uang fiat. Itu adalah penanda bahwa Anda masih bergantung pada uang yang dibuat dan dikendalikan oleh negara itu,” kata Cuban.

Dalam percakapan pekan lalu bersama Anthony Pompliano itu, Cuban mengatakan Bitcoin harus mudah dipakai, sekalipun itu bagi orang yang tak berotak.

Lagi-lagi itu sebuah kritik dalam analogi yang menarik, sampai-sampai saya harus berpikir besok-besok analogi apalagi yang ia pakai. Pisang yang berotak atau cabai keriting yang susah di-rebonding?

Cuban bukanlah orang baru di dunia aset kripto. Sejak tahun 2015 ia sudah mengintipnya. Bahkan tahun lalu dia sudah menerapkan pembayaran menggunakan aset kripto termasuk Bitcoin, di situs klub bola basket miliknya, Dallas Mavericks. Baginya, hasilnya tidak memuaskan. Ya, itu tadi, tidak sedikit yang merasa kesulitan menggunakannya. Kurang sederhana, begitulah.

Akhirul kata, dia bilang begini kepada Pompliano yang juga “tokoh penghayat Bitcoin anti fiat itu”: “Agar Bitcoin lebih bermanfaat, jika situasi pelik akibat negara terus menerus mencetak uang lalu berdampak global, maka Bitcoin harus berhadapan langsung dengan itu. Jika terjadi sebaliknya, Bitcoin akan kehilangan makna.”

Di atas itu semua, Mark Cuban sebagai role model Bitcoin sebaiknya bisa cepat action, berbuat langsung agar Bitcoin lebih mudah digunakan.

Sudahkah, Bang Cuban mengintip proyek Unstoppable Domains yang dibuat oleh Tim Draper? Dia dan timnya sudah berhasil menyederhanakan address aset kripto yang ruwet itu menjadi aksara.

Jadi, address BTC ini: 3FZbgi29cpjq2GjdwV8eyHuJJnkLtktZc5 bisa dikonversi menjadi, misalnya addressku.zil ataupun btcku.crypto. Cukup ketikkan aksara itu, maka Bitcoin bisa dikirimkan. Kami di Redaksi sudah melakukan itu.

Ya, mungkin itu masih rumit di mata Bang Cuban. Apa boleh buat, standard dia memang terlampau tinggi, tapi layak dihormati.

Jadi, syair Ebiet G Ade terhadap Cuban bisa kita gubah seperti ini: “Tengoklah ke luar sebelum bicara”. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait