Harga Bitcoin Hari Ini Anjlok hingga US$105.000: Sudah Puncak Siklus?

Banner IUX

Dalam 24 jam terakhir, pasar kripto global terguncang hebat setelah kapitalisasi totalnya anjlok sekitar US$0,4 triliun atau setara Rp6.636 triliun. Ini terjadi setelah Donald Trump mengumumkan genderang perang tarif baru terhadap Tiongkok. Pasar saham AS juga rontok dalam sekejap. Apakah puncak siklus sudah terjadi?

Harga Bitcoin turun tajam 7,2 persen ke kisaran US$112.635 pada Sabtu (11/10/2025) pagi, bahkan sempat menyentuh level terendah di sekitar US$105.000 sebelum berbalik menguat tipis. Lonjakan volume perdagangan lebih dari 130 persen mencerminkan kepanikan jangka pendek di pasar, meski sebagian analis menilai fase ini bisa menjadi bagian dari pergeseran struktural menuju pasar kripto yang lebih matang.

Dalam 24 jam terakhir, kapitalisasi pasar kripto global turun sekitar US$0,4 triliun atau setara Rp6.636 triliun (enam ribu enam ratus tiga puluh enam triliun rupiah) berdasarkan kurs rupiah saat ini sekitar Rp16.590 per dolar AS. Angka itu jauh melebihi kontraksi masif pada 26 September 2025 yang silam.

penurunan pasar kripto 24 jam terakhir
Penurunan pasar kripto 24 jam terakhir setara Rp6 ribu triliun.

Harga Bitcoin sendiri anjlok tajam dalam 24 jam terakhir, turun sekitar 7,2 persen ke kisaran US$112.635 pada Sabtu (11/10/2025) pagi. Penurunan ini menyeret kapitalisasi pasar Bitcoin menjadi US$2,24 triliun, turun lebih dari US$170 miliar dibanding sehari sebelumnya.

BACA JUGA:  Metaplanet Makin Agresif, Kini Kantongi 25.555 Bitcoin

Berdasarkan data Coinmarketcap, tekanan jual mulai terlihat sejak Jumat malam (10/10/2025) ketika harga masih di sekitar US$121.545, lalu berlanjut hingga dini hari dan sempat ambrol hingga ke kisaran US$105.000 sebelum berbalik menguat tipis. Meskipun volume perdagangan harian melonjak lebih dari 130 persen, aksi jual besar-besaran menandakan kepanikan jangka pendek di pasar.

Harga bitcoin sempat anjlok ke US$105 ribu.
Harga Bitcoin sempat anjlok ke US$105 ribu pada Sabtu dini hari.

Secara umum, Bitcoin tampaknya sedang bertransisi dari pasar yang digerakkan oleh siklus spekulatif menuju ekosistem yang lebih matang dan stabil. Meski jejak siklus masih ada, faktor fundamental dan perilaku investor yang lebih selektif menandakan bahwa Bitcoin bisa mulai memasuki era pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

Hal itu tergambar dalam hasil kajian NYDIG Research yang dipublikasikan pada Sabtu dini hari tadi, dengan rincian sebagai berikut.

1. Pola Siklus Bitcoin Mulai Melemah

Selama ini, harga Bitcoin cenderung mengikuti pola empat tahun (siklus) yang berkaitan dengan halving—fase naik besar diikuti dengan koreksi tajam. Namun, saat ini ada indikasi bahwa pola itu mulai beralih menuju fase pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan, bukan lagi “boom and bust” ekstrem seperti masa lalu.

Siklus 4 Tahun Bitcoin Ternyata Belum Mati!

2. Risiko Sistemik Berkurang

Faktor-faktor negatif yang dulu sering mengguncang pasar kripto—seperti ketidakpastian regulasi, masalah hukum, dan praktik bisnis tidak sehat—kini semakin terkendali. Analis itu menyebutkan bahwa hal ini memberi dasar yang lebih kokoh bagi Bitcoin untuk berkembang tanpa terlalu bergantung pada siklus spekulatif.

BACA JUGA:  Ketika Aset Digital WLD Ditopang Aksi Korporasi

3. Indikator On-chain: Pasar Belum di Puncak Siklus

Beberapa indikator utama memperkuat kesan bahwa pasar Bitcoin sedang matang. Pertama, berdasarkan rasio MVRV naik tetapi belum menunjukkan tanda pasar jenuh (overheated).

MVRV rasio Bitcoin

Kedua, dominasi Bitcoin masih tinggi, menunjukkan investor lebih berhati-hati dan selektif terhadap altcoin.

Ketiga, proporsi pemegang jangka panjang (“HODLers”) menurun seiring kenaikan harga, yang tetap sejalan dengan perilaku siklikal historis.

Persentasi Bitcoin Holder 1 Tahun
Persentasi holder Bitcoin 1 tahun relatif terhadap dinamika harga Bitcoin.

“Namun, pada siklus kali ini, penurunan dominasi Bitcoin tergolong moderat. Hal ini bisa berarti para investor kini lebih selektif, mengutamakan kualitas daripada spekulasi, atau bisa juga karena adanya kendala likuiditas—misalnya dana yang masih tersimpan di akun broker tradisional, bukan di platform kripto asli (crypto-native),” sebut NYDIG Research.

4. Puncak Siklus di Kuartal ke-4 Tahun 2025

Secara waktu dan bentuk pergerakan, siklus saat ini disebut masih mirip dengan dua siklus sebelumnya, seperti pada 2017 dan 2021, dengan kemungkinan harga mencapai puncak di kuartal ke-4 tahun 2025. Namun, “amplitudo kenaikannya” lebih moderat, mencerminkan pasar yang tidak lagi se-euforia dulu.

BACA JUGA:  Altcoin SOL Bisa Melejit ke US$1.300? Begini Analisisnya

5. Amplitudo Harga Menurun, Tetapi Kini Sedikit Menyimpang

Selama dua siklus terakhir, kenaikan harga Bitcoin dari dasar ke puncak (trough-to-peak multiple) terus menurun, tanda pasar semakin rasional. Namun, dalam siklus ini, kenaikannya mencapai sekitar 37 persen dari siklus sebelumnya, sedikit lebih tinggi dari tren menurun sebelumnya, mungkin menandakan pergeseran struktural baru di pasar Bitcoin.

Meskipun penurunan tajam kali ini memicu kepanikan jangka pendek, hasil kajian NYDIG Research menunjukkan bahwa pasar Bitcoin tampaknya mulai meninggalkan pola siklus lama yang penuh spekulasi.

Dengan risiko sistemik yang menurun dan perilaku investor yang lebih selektif, fase koreksi saat ini justru bisa menjadi titik awal menuju pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan bagi ekosistem kripto secara keseluruhan. [ps]


Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.

Terkini

Warta Korporat

Terkait