Harga Bitcoin Hari Ini: Jatuh dari US$26 Ribu, Tapi Nilai Pasarnya Lampaui Visa

Meski harga Bitcoin (BTC) hari ini tengah merosot dari level US$26.000, namun nilai pasarnya masih melampaui banyak perusahaan ternama di dunia.

Beberapa hari terakhir, harga BTC telah melesat hebat sebagai reaksi investor terhadap melemahnya indeks dolar AS, pasca runtuhnya Signature Bank.

Namun, kenaikan tampak mulai mengalami kesulitan setelah berada di atas level US$26.000, dengan cepat membawanya terus bergerak turun di bawahnya dan juga di bawah US$25.000.

Harga Bitcoin Hari Ini dan Nilai Pasarnya

Berdasarkan laporan Bitcoin News, harga Bitcoin hari ini telah merosot lebih dari 7 persen dalam 24 jam terakhir, membawanya menjauh turun dari level US$26.000 yang diidamkan.

Namun, nilai pasar Bitcoin justru masih mengungguli beberapa perusahaan besar ternama di AS, karena runtuhnya pasar perbankan di negeri Paman Sam membawa dampak buruk bagi perusahaan yang listing di bursa AS.

harga Bitcoin hari ini

Pada saat penulisan, nilai pasar Bitcoin berada di peringkat ke-12 di antara perusahaan-perusahaan besar AS, telah mengungguli perusahaan layanan pembayaran Visa yang duduk di peringkat ke-13.

Selain itu, nilai pasar Bitcoin tidak terpaut jauh dari perusahaan di peringkat atasnya, Meta Inc., hanya terpaut sekitar US$30 milyar. Ini bisa saja terlampaui jika harga Bitcoin hari ini dapat kembali melesat.

Nilai pasar Bitcoin pun masih belum dapat melampaui perusahaan seperti Tesla, Nvidia, Berksire Hathaway, Apple, Alphabet, serta rekan safe haven-nya, emas dan perak.

Sentimen yang Buruk Bagi Perekonomian AS 

Harga Bitcoin hari ini berada di kisaran US$24.300, di mana sebagian pengamat meyakini ini akan membentuk pola keberlanjutan bagi bullish, terlepas dari ada tidaknya koreksi sebelum itu terjadi.

Saat ini, pengamat masih mewaspadai adanya susulan pada badai di sektor perbankan AS, yakni potensi adanya bank besar lain yang bangkrut, menyusul Signature Bank dan SVB.

Prediksi Robert Kiyosaki pun kembali menjadi sorotan, di mana investor kawakan ini telah lama mewaspadai akan terjadinya resesi global karena aksi agresif The Fed dalam melawan inflasi di sepanjang tahun 2022. [st]

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait