IKLAN

Harga Bitcoin Jatuh di Bawah US$95.000, Sentimen Bearish Menguat?

Harga Bitcoin kembali melemah, diperdagangkan di bawah US$95.000 (sekitar Rp1,5 miliar) pada Kamis, 9 Januari 2025. Penurunan harga BTC lebih dari 5 persen dalam satu hari memicu gelombang likuidasi besar-besaran di pasar kripto, dengan total likuidasi mencapai US$694,11 juta dalam 24 jam terakhir. Data CoinGlass menunjukkan bahwa US$125 juta dari total likuidasi tersebut berasal dari Bitcoin.

Sentimen Bearish Mendominasi

Data yang diungkapkan oleh DarkFost melalui platform CryptoQuant pada Selasa, 7 Januari 2025, menunjukkan bahwa Net Taker Volume Bitcoin di Binance mencatat angka negatif tertinggi sepanjang tahun ini.

Net Taker Volume per jam di Binance berbalik tajam menjadi negatif hari ini, menandakan peningkatan signifikan dalam tekanan jual. Angkanya mencapai puncak -US$325 juta, nilai tertinggi pada tahun 2025,” jelasnya.

Net Taker Volume Bitcoin - Darkfost
Net Taker Volume Bitcoin – Darkfost

Angka ini menggambarkan tekanan jual yang signifikan dan berdampak pada harga Bitcoin, didorong oleh data ekonomi AS yang mengecewakan, seperti Indeks Manufaktur ISM dan data lowongan kerja JOLTs.

BACA JUGA  BlackRock Beli Bitcoin US$1 Miliar, Apa Dampaknya untuk BTC?

Faktor penting lainnya adalah long-to-short ratio, yang menurut Coinglass saat ini turun ke angka 0,89, level terendah dalam lebih dari satu bulan. Rasio di bawah satu ini mengindikasikan bahwa semakin banyak trader yang bertaruh pada penurunan harga BTC.

Sentimen bearish semakin jelas terlihat dari arus masuk Bitcoin Spot ETF yang anjlok drastis, hanya mencapai US$52,40 juta pada Selasa, jauh lebih rendah dibandingkan US$978,60 juta sehari sebelumnya.

Menurut Fyqieh Fachrur, trader di Tokocrypto, penurunan nilai pada beberapa indikator tersebut mencerminkan adanya pergeseran sentimen di pasar.

“Tekanan jual yang terus meningkat, khususnya pada Bitcoin, menunjukkan bahwa pelaku pasar mulai mempertimbangkan risiko lebih serius di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun, trader harus tetap memperhatikan level teknikal kunci seperti US$92.493, yang merupakan Fibonacci retracement level pada 38,2 persen,” ujar Fyqieh.

Fyqieh juga menyoroti dampak dari data pasar tenaga kerja AS yang lebih ketat terhadap kebijakan moneter Federal Reserve. Klaim pengangguran awal turun menjadi 201 ribu pada pekan pertama Januari, terendah sejak Januari 2024. 

BACA JUGA  Pasar Opsi Cerah, Analis Melihat Potensi Harga BTC untuk Melesat

Situasi ini dapat memperkuat prospek inflasi yang lebih tinggi dan mendorong The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga agresif, yang secara historis membebani harga aset berisiko seperti Bitcoin.

Analisis Teknikal Harga Bitcoin

Dari perspektif teknikal, indikator Relative Strength Index (RSI) harian aset kripto tersebut berada di level 47, di bawah titik netral 50, menandakan momentum bearish yang sangat kuat pada pergerakan harga BTC. 

OJK Ambil Alih Pengawasan Aset Kripto, Industri Sambut Transformasi Baru

Jika koreksi harga Bitcoin berlanjut, aset digital ini berpotensi menguji support level di US$92.493. Level ini ditarik dari pergerakan rendah November US$66.835 hingga tinggi Desember US$108.353.

Namun, Fyqieh tetap menilai bahwa peluang pemulihan harga Bitcoin masih terbuka, meskipun tekanan jual saat ini cukup besar.

“Jika Bitcoin mampu pulih dan ditutup di atas level psikologis US$100.000, maka potensi untuk menguji kembali level tertinggi sepanjang masa di US$108.353 masih terbuka lebar,” tambahnya.

BACA JUGA  Kasihan, Bursa Aset Kripto Korsel Merugi, Keuntungan Tertahan

Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Harga BTC

Kondisi pasar kripto saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, seperti kebijakan moneter Federal Reserve, data pasar tenaga kerja AS, dan arus masuk Bitcoin ETF. 

Pasar Kripto Turun Tajam, Peluang atau Bencana?

Dalam skenario yang lebih optimistis, jika data tenaga kerja melemah atau ekspektasi inflasi menurun, harga BTC berpotensi menemukan pijakan yang kuat untuk memulai rally besar berikutnya. 

Namun, jika tekanan inflasi dan kebijakan agresif The Fed berlanjut, BTC berisiko turun lebih dalam hingga menguji EMA-50 hari di US$90.742. 

Di sisi lain, tingkat pengangguran yang lebih tinggi atau data pertumbuhan upah yang lebih rendah dapat kembali memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Maret, membuka peluang bagi harga BTC untuk kembali menguji level US$108.231. [dp]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait