Melemahnya harga Bitcoin lebih dari 40 persen pada bulan ini mengancam keberlangsungan para penambang Bitcoin. Tak heran hash rate Bitcoin menurun, kembali ke level Februari 2020. Per 13 Maret 2020 saja, hash rate Bitcoin turun hampir 20 persen dalam 24 jam terakhir.
“Sepertiga dari kekuatan tambang Bitcoin menjadi merah, tatkala harga Bitcoin melemah lebih dari 40 persen pada bulan ini. Ancaman keberlangsungan kian mengemuka, ketika Halving Mei nanti yang praktis menggerus imbalan Bitcoin yang mereka terima. Kecuali harga Bitcoin rebound, akan beda ceritanya,” kata Chris Bendiksen Manager CoinShares beberapa waktu lalu.
Selama bertahun-tahun orang berharap kenaikan cepat harga Bitcoin sebelum dan setelah Halving, sehingga para penambang bisa tetap bertahan.
“Pada tahun ini, harapan itu terbukti salah. Situasi ini benar-benar merusak narasi Bitcoin Halving,” ujar Ryan Watkins, Analis di CryptoMessari.
Watkins menegaskan, penambang cenderung mengharapkan harga Bitcoin naik, sehingga mereka menahan lebih banyak lagi Bitcoin-nya. Namun, agar bisa bertahan, dengan harga Bitcoin yang turun, mereka dipastikan menjual Bitcoin-nya.
Menurut Chris, harga Bitcoin harus sekitar US$7.400 agar rata-rata para penambang memperoleh untung. Keuntungan penambang menjadi minus, ketika harga Bitcoin hanya US$4.500.
“Meski begitu, bisa jadi tak semua penambang Bitcoin berhenti beroperasional. Namun, jika dalam jangka panjang harga Bitcoin terus melemah, maka separuh dari penambang terancam tutup,” kata Chris, dengan asumsi bahwa sebagian besar penambang masih menggunakan alat tambang model S9 buatan Bitman yang sudah tergolong jadul. [Bloomberg/red]