Harga Bitcoin kembali melemah dan mendekati zona bahaya, di tengah tekanan makroekonomi dan geopolitik yang kian memanas. Pertanyaannya kini: akankah harga BTC menguji support kritis, atau justru ini hanyalah fase konsolidasi sebelum melanjutkan tren naik?
Harga Bitcoin Terkoreksi, Pasar Dibayangi Ketidakpastian
Pada Minggu (22/6/2025), harga Bitcoin turun ke US$99.953,65, melemah 3,51 persen dalam 24 jam terakhir. Ini menjadi kali pertama BTC kembali di bawah US$100.000 sejak awal Mei, disertai lonjakan volume perdagangan harian 17,91 persen ke US$52,42 miliar—menandakan tekanan jual yang menguat.
Tekanan dipicu ketidakpastian global, mulai dari konflik Israel–Iran hingga sikap The Fed yang menahan suku bunga di 4,25–4,50 persen. Meski inflasi melandai, Ketua Jerome Powell menyatakan keputusan lanjutan akan menunggu data ekonomi yang lebih jelas.
Sebelumnya, pada Kamis (19/6), BTC sempat diperdagangkan di kisaran US$104.250—turun sekitar 5 persen dari level tertinggi sebulan terakhir. Penurunan ini disertai melemahnya volume perdagangan, menandakan pasar mulai kehilangan momentum meski pergerakan tetap stabil.
“Bitcoin saat ini sedang menguji zona support di US$104.000. Volume transaksi menurun, ADX berada di level 16 yang menunjukkan belum ada tren dominan, dan RSI netral di angka 45,” ujar Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur.
Ia menambahkan, jika tekanan terus berlanjut, level US$93.200 berpotensi menjadi target berikutnya sebagai penopang utama harga Bitcoin. Meski begitu, struktur teknikal jangka panjangnya dinilai masih cukup solid.
“Ini adalah fase menunggu kepastian, baik dari sisi kebijakan The Fed maupun dinamika konflik global,” jelas Fyqieh, merujuk pada pola golden cross antara EMA 50 dan EMA 200 yang masih bertahan.
Narasi Baru Bitcoin: Dari Aset Risiko ke Aset Strategis
Meski selama ini dikenal sebagai aset berisiko, sejarah mencatat bahwa Bitcoin kerap menunjukkan ketahanan luar biasa terhadap gejolak geopolitik. Fyqieh mencontohkan, harga BTC pulih dengan cepat usai serangan rudal Israel ke Iran pada 13 Juni 2025.
Tak berselang lama, Strategy kembali menambah portofolionya dengan membeli 10.100 BTC senilai US$1 miliar. Langkah ini makin memperkuat kepercayaan pasar terhadap Bitcoin, apalagi di tengah tren meningkatnya kepemilikan institusional dari nama-nama besar seperti BlackRock, Coinbase, hingga pemerintah AS.
“Konflik geopolitik biasanya memicu ekspektasi inflasi global, baik dari sisi belanja fiskal yang melonjak, gangguan rantai pasok, maupun kenaikan harga komoditas. Dalam jangka panjang, kondisi ini justru menguntungkan Bitcoin sebagai aset lindung nilai,” jelas Fyqieh.
Meski begitu, dirinya juga mengingatkan bahwa respons awal pasar terhadap konflik yang saat ini semakin memanas tetap dapat memicu tekanan harga BTC dalam jangka pendek.
“Bitcoin kini menjadi bagian dari sistem keuangan global. Pergerakan harganya tidak lagi terpisah dari dinamika makroekonomi dan geopolitik global,” ujarnya, merujuk pada meningkatnya eksposur investor institusional terhadap aset ini.
Harga BTC Masuki Zona Kritis, Apa Selanjutnya?
Secara teknikal, harga Bitcoin saat ini menghadapi resistansi di US$106.500, kemudian di kisaran US$108.800 hingga US$110.000, dengan puncak kuat di US$112.000. Level ini menjadi batas penting yang perlu ditembus untuk melanjutkan tren naik.
Di sisi lain, support terdekat berada di kisaran US$102.000–US$103.000, sementara level psikologis US$100.000 sudah ditembus. Jika tekanan terus berlanjut, support kuat di US$93.200 berpotensi menjadi target uji berikutnya.
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, sebelumnya mengatakan kepada Blockchainmedia.id bahwa investor Bitcoin saat ini masih cenderung bersikap wait and see, sambil menanti kepastian dari kondisi makroekonomi dan geopolitik global.
Meski belum stabil, arus masuk ke Bitcoin Spot ETF sejak 9 Juni menunjukkan institusi masih melihat BTC sebagai aset lindung nilai. Fahmi memperkirakan akumulasi akan berlanjut, khususnya pada BTC, ETH, dan XRP.
Dalam kondisi seperti ini, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dinilai tepat untuk menghadapi konsolidasi pasar. Investor juga bisa memanfaatkan fitur Packs di Reku untuk diversifikasi aset kripto dan saham AS secara praktis dan terstruktur.
Dollar Cost Averaging Crypto: Definisi dan Cara Melakukannya!
Dengan kapitalisasi pasar kripto yang stabil di kisaran US$3,25 triliun, arah pergerakan harga BTC selanjutnya sangat dipengaruhi oleh kombinasi sinyal teknikal dan faktor fundamental. Pelaku pasar kini menanti hasil pertemuan FOMC dan perkembangan geopolitik global. [dp]