Harga Bitcoin Melonjak Pasca Rilis Risalah FOMC, Pantau Level Ini!

Harga Bitcoin mencatat kenaikan tajam hingga mencapai US$87.453 atau sekitar Rp1,44 miliar pada 20 Maret 2025. Pergerakan ini dipicu oleh respons pasar terhadap hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) serta pernyataan Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Level mana saja yang perlu diperhatikan?

Dalam konferensi persnya, Powell menegaskan bahwa The Fed tetap mempertahankan suku bunga AS di kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen sejak Desember 2024. Meskipun inflasi AS masih menjadi tantangan utama, kebijakan ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. 

Selain itu, langkah yang diambil oleh The Fed dalam mengurangi kebijakan pengetatan kuantitatif (QT) juga dipandang dapat memperkuat sentimen positif di pasar. 

Keputusan tersebut mendorong harga BTC untuk mencetak level tertinggi intraday di US$87.453. Indeks saham utama seperti DOW dan S&P 500 juga mengalami kenaikan, mencerminkan optimisme investor terhadap kondisi ekonomi yang lebih longgar.

Bitcoin Dihantam Turun, Investor Besar Justru Borong Terus!

Menurut analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, kenaikan harga Bitcoin tidak hanya didorong oleh hasil FOMC, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti meningkatnya ketertarikan investor institusional dan dinamika politik.

“Rencana Donald Trump untuk berbicara di Digital Asset Summit (DAS) di New York pada 20 Maret 2025 turut memberikan dorongan bagi pasar kripto. Selain itu, data menunjukkan bahwa Bitcoin Spot ETF AS mencatat arus masuk bersih sebesar US$209 juta pada 19 Maret, menandakan kembalinya aktivitas investor besar di pasar,” jelas Fyqieh dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.

Pasar berkekspektasi The Fed mempertahankan suku bunga pada FOMC Mei 2025 mendatang
Pasar berkekspektasi The Fed mempertahankan suku bunga pada FOMC Mei 2025 mendatang. Sumber: CMEGroup.

Prediksi Pergerakan Harga Bitcoin

Sejumlah analis memperkirakan bahwa harga BTC masih berpotensi untuk melanjutkan penguatan. Fyqieh menyoroti pola bullish pada grafik harian yang dapat membawanya menuju level US$90.000, terutama jika The Fed mengadopsi kebijakan moneter yang lebih dovish.

Namun, menurut Fyqieh, meskipun sentimen saat ini terlihat bullish, volatilitas Bitcoin kemungkinan masih akan tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan.

“Jika Powell memberikan sinyal penurunan suku bunga pada akhir tahun, harga BTC berpeluang menguji level US$90.000. Namun, jika kebijakan moneter tetap ketat, harganya bisa kembali turun ke US$76.000,” ujarnya.

Selain kebijakan The Fed, faktor geopolitik juga dapat mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin. Keputusan pemerintah AS terkait regulasi kripto serta ketegangan geopolitik global menjadi faktor yang perlu diperhatikan investor dan trader.

Bitcoin tetap menjadi aset investasi utama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan dominasi pasar sebesar 60,7 persen dan kapitalisasi mencapai US$1,73 triliun, minat investor tampaknya masih tinggi. 

Institusi Terus Borong Bitcoin, Apa yang Mereka Ketahui?

Namun, untuk memanfaatkan volatilitas pasar, investor perlu memperhatikan support level di US$80.000 serta resistance level di US$85.500 dan US$87.000 guna mengambil keputusan investasi yang lebih strategis. [dp]

Terkini

Warta Korporat

Terkait