Harga Bitcoin yang meroket hingga Rp260 juta per BTC, membuat para penambangnya semakin cuan!
Pada Mei 2020 lalu, imbalan block untuk penambangan Bitcoin berkurang separuh. Kendati demikian, harga Bitcoin terus melonjak, sehingga penghasilan para penambang kembali menanjak ke tingkat sebelum Mei, menurut data dari perusahaan analisa pasar Glassnode.
Sebab fitur yang terdapat di dalam protokol Bitcoin, imbalan bagi penambang yang memroses transaksi dipotong menjadi setengahnya setiap empat tahun sekali. Peristiwa ini, yang disebut halving, berarti penambang harus bekerja dua kali lipat untuk meraih cuan yang sama.
Logikanya adalah, semakin banyak Bitcoin yang ditambang dan jaringannya digunakan, maka Bitcoin semakin sulit ditambang sehingga nilainya meningkat.
Pada 11 Mei lalu, total penghasilan bagi penambang Bitcoin longsor dari US$19 juta menjadi US$7,9 juta per hari.
Untungnya, setelah itu penghasilan penambang kembali meningkat dengan adanya mesin penambang lebih kuat dan harga Bitcoin semakin tinggi.
Bitcoin Halving: Ketika Kenaikan Harga Bitcoin Datang Laksana Pencuri
Perubahan penghasilan penambang paling melonjak bulan ini, ketika harga Bitcoin mencapai tingkat yang sama dengan bull run pada Desember 2017. Pada 1 November, penghasilan penambangan mencapai US$13 juta per hari.
Pada 9 November, penghasilan penambangan Bitcoin menyaingi tingkat sebelum Halving Bitcoin, yaitu US$19,9 juta, hampir satu juta dolar lebih tinggi dibanding Mei.
Sejak saat itu, belum ada penurunan penghasilan yang signifikan. Menurut data terkini Glassnode, penghasilan penambang Bitcoin terbaru mencapai US$18,3 juta.
Sebagian fluktuasi tersebut diakibatkan harga Bitcoin. Hash rate penambangan, atau daya komputasi mesin penambang, mencapai titik tinggi pra-halving pada bulan Juli, menurut data BitInfoCharts.
Max Keiser: Hash Rate Bitcoin Menguat Cermin Kepercayaan Diri
Kendati harga Bitcoin relatif tenang selama musim panas, bull run di November 2020 ini berhasil mengisi pundi-pundi para penambang. Proficiat! [decrypt.co/ed]