Pasar Bitcoin kembali memanas. Dalam beberapa hari terakhir, harga aset kripto terbesar di dunia ini menunjukkan pergerakan menarik yang memicu banyak spekulasi, akankah Bitcoin segera menyentuh level US$112.000?
Analis on-chain dari CrptoQuant, Ibrahim Cosar, mengungkapkan bahwa saat ini BTC sedang membentuk pola teknikal yang sudah cukup dikenal oleh para trader kawakan, yakni double bottom.
Bagi yang belum familiar, pola ini sering kali dianggap sebagai sinyal kuat bahwa tren bearish akan segera berakhir dan pembeli mulai mengambil alih kendali.
Dua Titik Dasar: Sinyal Dimulainya Kebangkitan Harga Bitcoin
Cosar mencatat dua titik penting yang membentuk dasar pola ini. Titik pertama terjadi pada 23 Mei di kisaran US$106.800, lalu disusul titik kedua pada 25 Mei di sekitar US$106.600.
Selisih yang tipis antara kedua level ini memberikan indikasi bahwa tekanan jual tidak cukup kuat untuk mendorong harga lebih rendah lagi.
Namun yang menjadi sorotan utama adalah level neckline di US$109.000, yang menjadi kunci dalam pola ini. Setelah sempat tertahan di sana, harga BTC akhirnya menembus level tersebut dan mulai bertahan di atasnya. Saat artikel ini ditulis, harganya masih berada di sekitar US$109.400.
“Breakout itu terjadi dengan volume yang kuat, menandakan meningkatnya momentum bullish,” ujar Cosar.
Target US$112.000: Terlalu Optimis atau Realistis?
Dengan pola yang sudah aktif dan volume perdagangan yang mendukung, target selanjutnya yang menjadi pembicaraan adalah US$112.000.
Meskipun bagi sebagian orang angka ini terdengar seperti angan-angan, bagi para analis teknikal, itu adalah kalkulasi logis dari pola Double Bottom yang terbentuk.
Lebih lanjut lagi, pola ini bisa dibilang seperti pasar yang berkata, “Kami sudah cukup menjual, saatnya naik.”
Ketika pembeli berhasil mempertahankan level support pada titik dasar kedua, sinyal kebangkitan semakin jelas. Jika zona US$109.000 mampu bertahan sebagai support baru, bukan tidak mungkin Bitcoin akan menyentuh target barunya dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Cosar juga mengingatkan bahwa tidak semua pola selalu berakhir sesuai harapan. Dalam dunia perdagangan kripto yang sangat fluktuatif, analisis teknikal hanyalah satu bagian dari teka-teki yang lebih besar.
Momentum Psikologis dan Efek Domino di Pasar
Pola seperti double bottom bukan hanya soal garis dan angka. Ada dimensi psikologis yang tidak bisa diabaikan. Ketika cukup banyak pelaku pasar yang mempercayai pola ini, mereka cenderung bertindak berdasarkan prediksi yang sama, membeli ketika breakout terjadi.
Hal ini menciptakan efek domino yang bisa mendorong harga lebih tinggi, bukan karena “keajaiban teknikal,” tapi karena perilaku massal.
Jika kita tarik analogi, ini seperti antrean panjang di sebuah warung makan, semakin banyak orang yang percaya makanannya enak, semakin banyak pula yang ikut-ikutan beli. Begitu pula dengan pasar kripto.
Namun demikian, tak sedikit pula yang memilih tetap waspada. Banyak trader profesional menyadari bahwa pola teknikal bisa gagal kapan saja, seperti jaring yang tampak kokoh tapi ternyata ada bolong di salah satu ujungnya.
Apa yang Perlu Diperhatikan Selanjutnya?
Jika Anda seorang trader, investor atau sekadar pengamat, hal yang paling krusial untuk diperhatikan saat ini adalah apakah US$109.000 benar-benar akan bertahan sebagai support kuat.
Jika level ini jebol dalam beberapa hari ke depan, maka semua ekspektasi terhadap US$112.000 bisa berubah menjadi skenario yang jauh lebih pesimis.
Namun jika support ini tetap kokoh dan volume beli terus meningkat, target baru tersebut tidak hanya masuk akal, tetapi juga cukup dekat secara teknikal.
Jadi, apakah ini saat yang tepat untuk masuk pasar? Itu kembali ke pertanyaan klasik dalam dunia kripto, yakni seberapa besar toleransi risiko Anda? [st]