Harga Bitcoin Terkoreksi, Ini Jawaban Bos Indodax

Harga Bitcoin terkoreksi cukup signifikan selama beberapa pekan terakhir, jauh di bawah rekor tertingginya. Oscar Darmawan, CEO Indodax, pun angkat bicara merespons situasi itu.

Setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) pada Januari 2025 di level US$ 109.114, Bitcoin mengalami koreksi yang cukup signifikan. Pada 3 Februari 2025, harga turun menjadi US$ 93.000, mencatat penurunan lebih dari 15 persen.

Namun, pada 4 Februari 2025, harga Bitcoin kembali menguat hingga menyentuh US$101.000 sebelum akhirnya kembali terkoreksi menjadi US$95.000 pada 10 Februari 2025. Pergerakan harga ini mencerminkan volatilitas pasar Bitcoin, di mana fluktuasi naik dan turun sering terjadi akibat berbagai faktor eksternal serta sentimen pasar global.

Dalam beberapa hari terakhir, koreksi harga Bitcoin sebagian besar dipicu oleh ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok.

Pengumuman kebijakan tarif impor baru oleh Presiden AS yang mulai berlaku pada Februari 2025 memberikan dampak langsung terhadap pasar global, termasuk pasar aset kripto, sehingga memicu aksi jual dalam jangka pendek.

Meskipun mengalami penurunan harga, minat terhadap aset kripto di Indonesia tetap tinggi. Hal ini terlihat dari peningkatan volume transaksi di platform INDODAX.

Berdasarkan data internal INDODAX, total transaksi pada Januari 2025 mencapai Rp16,019 triliun, atau sekitar 12,02 persen dari total transaksi sepanjang 2024. Meskipun terjadi koreksi, pasar kripto di Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, menandakan bahwa Bitcoin dan aset kripto lainnya tetap menarik bagi investor.

Faktor lain yang turut mempengaruhi koreksi harga Bitcoin adalah ketidakpastian ekonomi global, terutama yang berkaitan dengan kebijakan fiskal negara-negara besar serta fluktuasi suku bunga.

Kenaikan suku bunga di beberapa negara besar menyebabkan peralihan dana dari aset berisiko tinggi seperti Bitcoin ke aset yang lebih aman. Di tengah kondisi ini, investor semakin waspada terhadap dampak ekonomi global terhadap pasar kripto.

CEO INDODAX, Oscar Darmawan, memberikan pandangannya terkait pergerakan harga Bitcoin dan prospek pasar kripto.

“Koreksi harga Bitcoin mencerminkan karakteristik volatilitas pasar yang wajar terjadi. Dalam dinamika pasar yang terus berkembang, fluktuasi harga merupakan bagian dari siklus alami yang dapat mempengaruhi sentimen investor. Namun, kami tetap optimistis terhadap potensi jangka panjang Bitcoin,” ujar Oscar dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/2/2025).

Oscar juga menekankan bahwa meskipun harga mengalami koreksi, fundamental Bitcoin tetap kokoh, dengan adopsi yang semakin meluas baik di kalangan investor ritel maupun institusional.

“Tingkat adopsi Bitcoin yang terus meningkat serta kemajuan regulasi di berbagai negara menjadi sinyal positif bagi masa depan Bitcoin. Di Indonesia, kami mencatat pertumbuhan yang signifikan, dengan total transaksi kripto mencapai Rp650,61 triliun pada tahun 2024, mengalami lonjakan empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya,” lanjut Oscar.

Ia juga menegaskan bahwa meskipun Bitcoin mengalami penurunan harga dalam jangka pendek, peluang untuk rebound tetap terbuka lebar.

“Kami telah menyaksikan bagaimana Bitcoin mampu bangkit setelah mengalami koreksi tajam. Dengan pasar yang semakin matang dan meningkatnya kesadaran akan aset digital, kami yakin Bitcoin akan kembali menunjukkan tren bullish dalam waktu dekat,” ungkapnya.

Berdasarkan data yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam volume transaksi, Oscar percaya bahwa meskipun ketidakpastian pasar global menjadi tantangan, prospek pertumbuhan kripto di Indonesia tetap menjanjikan.

“Investor Indonesia semakin memahami peluang yang ditawarkan oleh pasar kripto. Di INDODAX, kami terus berkomitmen untuk menyediakan layanan terbaik serta edukasi yang dibutuhkan agar investor dapat berinvestasi dengan bijak, meskipun dalam kondisi pasar yang volatil,” ujar Oscar.

Oscar juga menekankan bahwa bagi investor yang menerapkan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA), koreksi harga ini dapat menjadi peluang untuk melakukan akumulasi Bitcoin dengan harga lebih rendah.

“Koreksi harga saat ini bisa menjadi momen yang tepat bagi investor untuk menambah kepemilikan Bitcoin, terutama bagi mereka yang memiliki visi investasi jangka panjang,” ujarnya.

Menurut Oscar, langkah pemerintah dalam mendukung regulasi dan pengawasan terhadap aset kripto juga memberikan kestabilan yang lebih besar bagi pasar, sehingga meningkatkan kepercayaan investor.

“Regulasi yang jelas akan semakin mendorong adopsi Bitcoin dan aset kripto lainnya, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pertumbuhan pasar dalam jangka panjang,” tutupnya.

Meskipun harga Bitcoin tengah mengalami koreksi, peluang untuk kenaikan jangka panjang tetap terbuka. Bagi investor yang memiliki pandangan jangka panjang, kondisi harga saat ini bisa menjadi kesempatan untuk melakukan akumulasi.

Dengan proyeksi harga yang masih berada dalam tren positif, Bitcoin tetap menjadi pilihan investasi yang menarik dalam portofolio aset digital. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait