Harga Bitcoin terpantau terpuruk lebih dari 4 persen dalam 24 jam terakhir di US$63 ribu, menjelang listing Reksadana Bitcoin Berjangka “BTFD” di Nasdaq hari ini.
Reksadana (ETF/exchange-traded fund) Bitcoin Berjangka kedua itu adalah besutan Valkyrie yang direncanakan akan diperdagangkan di bursa efek Nasdaq pada hari ini, Jumat (22/10/2021).
Sebelumnya, ada ETF Bitcoin Berjangka “BITO” besutan ProShares, hadir di NYSE per 19 Oktober 2021.
Aksi BITO di pasar modal terbesar di dunia itu memantik harga Bitcoin di pasar spot, seiring besarnya permintaan kontrak berjangka Bitcoin di Chicago Mercantile Exchange (CME).
Harga Bitcoin pun sukses mencetak rekor tertinggi sepanjang masa yang baru pada 20 Oktober 2021, lebih dari US$66 ribu per BTC.
Apa Itu Reksadana Bitcoin?
Reksadana Bitcoin dalam hal ini adalah reksadana yang unit penyertaannya dijual dalam bentuk saham di bursa efek alias pasar modal. Di Amerika Serikat dia disebut dengan ETF alias exchange traded fund.
Reksadana Bitcoin sejak 19 Oktober 2021 itu adalah ber-underlying asset Kontrak Berjangka Bitcoin yang diperdagangkan di CME, bukan Bitcoin (BTC) “yang asli” di pasar spot.
Sedangkan harga kontrak berjangka itu sendiri berdasarkan dinamika harga BTC di pasar spot lintas beberapa bursa kripto, seperti Coinbase dan Kraken.
BITO sendiri dibuka di level US$40 dan sempat naik ke level US$43 pada 20 Oktober 2021. Dan hari ini BITO hampir menyentuh harga dasar perdananya di kisaran US$40,75.
Bitcoin Diprediksi Terus Menguat
Hadirnya Reksadana Bitcoin di AS adalah cerminan kuatnya apresiasi terhadap kelas aset baru Bitcoin ini.
Pasar sebelumnya lebih berkenan memilih ETF itu yang ber-underlyling asset BTC pasar spot, namun SEC melihatnya akan lebih mudah dikendalikan, karena CME relatif teregulasi.
CME sendiri menjual produk derivatif itu sejak Desember 2017, sekaligus menandai puncak harga BTC pasca masuk Halving II tahun 2016. Sejak bulan itulah harga Bitcoin terus terperosok lebih dari 85 persen selama kurang lebih 1 tahun.
Harga Bitcoin dan Reksadana
Hadirnya kontrak berjangka Bitcoin disebut-sebut mampu menekan liarnya harga Bitcoin secara global, satu momok yang membuat enggan banyak investor masuk langsung ke aset ini.
Reksadana Bitcoin juga dinilai akan terus meningkatkan arus masuk kapital lewat cara yang lebih sederhana dan lebih tradisional, yakni lewat bursa efek. [ps]