Harga BTC terbaru kembali mencetak rekor setelah menembus level US$124.350. Kenaikan ini menambah tren positif Bitcoin dengan penguatan harian sebesar 0,38 persen, mingguan 8,74 persen, dan bulanan 12,86 persen.
Lonjakan tersebut kembali memicu perdebatan mengenai pola yang biasanya muncul setelah aset kripto terbesar di dunia ini menembus titik tertinggi sepanjang masa (ATH).
Menurut analisis on-chain dari XWIN Research Japan di CryptoQuant, pasar kerap memperlihatkan reaksi berulang setiap kali Bitcoin menyentuh harga tertinggi sepanjang masa.
“Ketika Bitcoin mencetak rekor baru, pasar biasanya bergerak dengan volatilitas tajam, aksi ambil untung besar-besaran, lalu diikuti konsolidasi singkat atau perubahan tren besar,” ungkap analis tersebut.
Harga BTC terbaru dan Data Pasar Derivatif
Kenaikan harga BTC terbaru tidak hanya tercermin di pasar spot, tetapi juga di derivatif. Berdasarkan data CoinGlass, volume derivatif dalam 24 jam terakhir turun 14,97 persen menjadi US$103,38 miliar. Namun, open interest masih naik 0,96 persen ke US$93,53 miliar, menandakan posisi terbuka tetap bertahan.
Sementara itu, volume opsi justru melonjak 26,90 persen ke US$9,09 miliar, menunjukkan meningkatnya minat investor dalam instrumen turunan untuk mengantisipasi pergerakan harga lebih lanjut.
Dari sisi spot, volume perdagangan 24 jam tercatat sebesar US$8,04 miliar. Aktivitas ini memperkuat sinyal bahwa pasar tetap likuid meskipun volatilitas meningkat, terutama setelah Bitcoin berhasil menembus rekor harga terbaru.
Indikator On-Chain Pasca Rekor Bitcoin
XWIN Research Japan menyoroti dua indikator utama untuk membaca arah pergerakan setelah harga BTC terbaru menyentuh ATH, yaitu cadangan bursa (exchange reserves) dan rasio MVRV.
Cadangan bursa biasanya menurun menjelang ATH, karena banyak BTC dipindahkan ke cold wallet sehingga pasokan berkurang. Namun, pola berbeda muncul usai puncak November 2021 di sekitar US$69.000, ketika cadangan kembali naik dan menjadi sinyal distribusi sebelum bear market panjang.
Sebaliknya, setelah breakout Maret 2024 di level yang sama, cadangan tetap rendah meskipun volume perdagangan melonjak. Hal ini selaras dengan pola “sell-the-news” jangka pendek yang cepat dibeli kembali berkat arus masuk ETF serta narasi halving.
Sementara itu, rasio MVRV yang terlalu tinggi pada 2021 menandakan cuan belum terealisasi yang berlebihan dan memicu aksi jual besar.
Pada periode 2024–2025, rasio tersebut naik lebih moderat, sejalan dengan guncangan singkat tetapi masih memberi ruang bagi pembentukan level harga tertinggi baru.
Rotasi Modal dan Dampak ke Altcoin
Pasca rekor, kondisi pasar biasanya ditandai dengan volume dan likuidasi yang memecahkan rekor. Contohnya, ketika Bitcoin sempat tertahan pada Maret 2024, aliran modal beralih ke Ethereum dan altcoin utama lainnya. Aktivitas whale serta perubahan sentimen memperkuat transisi tersebut.
Di 2021, meningkatnya cadangan bursa dan panasnya MVRV bersamaan dengan turunnya Fear & Greed Index menandakan distribusi. Sebaliknya, pada 2024, cadangan datar dan MVRV yang lebih lunak memberi sinyal reset sehat.
XWIN Research Japan menegaskan, membaca kedua indikator secara bersamaan dapat membantu investor membedakan apakah rekor harga BTC terbaru merupakan puncak akhir atau sekadar langkah lanjutan dalam proses price discovery.
Dengan open interest yang masih naik, opsi yang melonjak dan cadangan bursa yang stabil, kondisi saat ini lebih condong ke arah akumulasi ketimbang distribusi. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.