Aset kripto Ether (ETH) menguat, mengekor Bitcoin (BTC) selama beberapa hari terakhir. Apakah masih kuat nanjak, setelah terkoreksi 3,51 persen hari ini? Ini jawaban sejumlah pelaku pasar di Indonesia.
Setidaknya sejak 4 hingga 11 November 2020, Ether tampil prima, karena tumbuh hingga 14,3 persen. Aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar kedua setelah Bitcoin itu naik dari Rp5.543.675 menjadi Rp6.340.419, terpantau di Rekeningku.com.
Penguatan itu adalah lanjutan sejak 6 September 2020 di kisaran Rp4.645.986 per ETH.
Sedangkan Bitcoin (BTC) tampil sangat memukau, karena tergenjot ke lebih dari US$15 ribu per BTC, secara global.
Di Rekeningku.com, aset kripto nomor wahid itu sempat diperdagangkan sekitar Rp230 juta per BTC (11 November 2020, pukul 08:00 WIB).
Menurut Robby, kenaikan harga Ether itu juga disertai pemantauan oleh publik terhadap perkembangan Ethereum 2.0 yang direncanakan dirilis pada awal Desember 2020, berdasarkan pengumuman oleh ConsenSys.
“Untuk harga Ether kita akan pantau terus soal Ethereum 2.0. Jika kuota minimal node validator di blockchain itu terpenuhi, tanpa harus menggulang (sesuai target), maka harga ETH bisa naik tinggi. Namun sebagai ‘utility asset‘, kenaikan ETH sepertinya tidak akan sekencang Bitcoin, karena akan merusak fungsi dari ETH itu sendiri. Soal bidikan harga, setidaknya US$500 (Rp7 jutaan) per ETH dalam waktu dekat,” kata Robby.
Aksi Jual Miner
Khusus Bitcoin (BTC), kata Robby, koreksi akan terus berlanjut. Lagipula miner sudah bisa bernapas lega dengan penguatan harga Bitcoin ini.
“Saat ini pendapatan miner BTC kurang lebih US$7 per ASIC miner. Kita tunggu saja para miner menjual Bitcoin-nya, guna menutupi kerugian yang lalu,” tegas Robby. Namun Robby berani meramalkan harga Bitcoin bisa tembus hingga US18 ribu per BTC pada akhir tahun ini.
Agak senada dengan Robby, CEO Pintu, Jeth Soetoyo menyoroti soal volatilitas harga Bitcoin yang tinggi saat ini.
“Soal prediksi, menurut saya pribadi, bisa antara US$15-20 ribu pada akhir tahun ini,” katanya singkat melalui pesan singkat, petang hari ini.
Validator Ethereum 2.0 Bisa Raih 10 Persen per Tahun dari Staking
Sebelumnya, William Sutanto, Bos Bitcoin.co.id mengatakan, Ethereum 2.0 akan menyelesaikan permasalahan yang selama ini terjadi di Ethereum, misalnya skalablitas dan gas fee yang mahal.
“Jadi, Ethereum 2.0 akan memiliki kapasitas yang jauh lebih besar untuk menampung jumlah transaksi dalam aplikasi-aplikasi DeFi. Ini yang kemudian menambah jumlah pengguna DeFi,” kata William. [red]