Harga minyak naik lebih dari US$1 pada Selasa pagi, setelah perang harga antara Arab Saudi dan Rusia yang memicu penurunan harian terbesar sejak Perang Teluk 1991. Sementara Bitcoin masih tertatih di kisaran US$7.919, setelah sempat ambruk 12 persen kemarin.
Khusus harga minyak, investor melihat sedikit peluang pemulihan harga secara cepat, akibat wabah virus Corona.
Arab Saudi dan Rusia sama-sama mengatakan mereka akan meningkatkan produksi pada akhir pekan setelah pakta tiga tahun antara mereka dan produsen minyak utama lainnya untuk membatasi pasokan jatuh pada Jumat.
Minyak mentah berjangka Brent naik US$1,41, atau 4,1 persen, menjadi US$35,77 per barel pada pukul 00:34 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,25, atau 4 persen, menjadi US$32,38 per barel, menyusul penurunan hampir 25 persen pada Senin.
Kedua tolok ukur itu turun ke level terendah sejak Februari 2016 di sesi sebelumnya dan mencatat penurunan persentase satu hari terbesar sejak 17 Januari 1991, ketika harga minyak jatuh pada permulaan Perang Teluk AS.
Tetapi sejumlah analis tidak mengharapkan harga minyak untuk mendapatkan kembali merosot hampir 25 persen dari penutupan Jumat, akibat wabah virus Corona.
“Harga minyak jarang tetap di bawah biaya batas pasokan. Tetapi dengan persediaan yang diperkirakan akan meningkat (babak pertama), mungkin ada sentimen positif,” kata seorang analis Bernstein Energy kepada Reuters.
Harga saham energi juga turun tajam, dan produsen mulai memangkas pengeluaran untuk mengantisipasi pendapatan yang lebih rendah. Saham Exxon misalnya kehilangan lebih dari 12 persen. Itu kerugian satu hari terbesar sejak 15 Oktober 2008, puncak krisis keuangan. Saham Chevron turun lebih dari 15 persen, kerugian terbesar sejak kejatuhan pasar “Black Monday” Oktober 1987.
Arab Saudi berencana untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya di atas 10 juta barel per hari pada April, dari 9,7 juta barel per hari dalam beberapa bulan terakhir, dua sumber mengatakan kepada Reuters, Minggu. Arab Saudi memangkas harga ekspor pada akhir pekan untuk mendorong pabrik penyulingan untuk membeli lebih banyak.
Rusia, salah satu produsen top dunia bersama Arab Saudi dan Amerika Serikat, juga mengatakan mereka dapat meningkatkan produksi dan dapat mengatasi harga minyak yang rendah selama enam hingga 10 tahun ke depan.
Bitcoin Terbata-bata
Harga Bitcoin sejumlah aset kripto lainnya masih terbata-bata merespons situasi. Pagi ini, Bitcoin diperdagangkan rata-rata US$7.919, berdasarkan data di CryptoCompare.
Dalam rentang 24 jam terakhir, Bitcoin naik sangat tipis dari titik terendah US$7.684 pada malam tadi. Namun, penguatan itu masih memperlemah nilainya dalam 2-3 bulan sebelumnya. Dalam 30 hari, Bitcoin melemah hingga 20 persen dan menipiskan raihan dalam rentang 3 bulan, 9,46 persen.
Namun, kabar baik secara fundamental, bahwa Hash Rate Bitcoin terus meningkat dari ke hari, mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Itu sebagai cerminan penambang Bitcoin bersiap menyambut moment Bitcoin Halving pada Mei 2020 nanti. [red]