Harga Puncak Bitcoin Belum Terbentuk, Analis: Peluang Akumulasi

Berdasarkan indikator Pi Cycle Top, harga puncak Bitcoin sejatinya belum terbentuk. Menurut Rekt Capital situasi ini adalah peluang akumulasi.

Lebih Jauh tentang Indikator Pi Cycle Top Selain Penanda Harga Puncak Bitcoin

Indikator Pi Cycle Top adalah alat yang digunakan untuk memprediksi harga puncak Bitcoin dengan mengamati perpotongan (crossover) antara dua rata-rata pergerakan (moving averages) tertentu, yakni rata-rata pergerakan 111 hari (111 SMA) dan kelipatan dua dari rata-rata pergerakan 350 hari (350 SMA x 2) dari harga Bitcoin.

Indikator ini dirancang untuk menunjukkan kapan Bitcoin menjadi sangat overheat atau terlalu mahal alias jenuh beli (overbought), yang ditandai ketika rata-rata pergerakan yang lebih pendek (111 SMA) mencapai tingkat yang sama dengan rata-rata pergerakan yang lebih panjang (350 SMA x 2).

Dengan kata lain, jika 111 SMA bersinggungan dengan 350 SMA x 2, itu adalah tanda bahwa harga puncak Bitcoin telah terbentuk dan harga secara historis cenderung akan terkoreksi dalam.

Sejauh ini ATH Bitcoin terjadi pada 14 Maret 2024 lalu, terjadi sebelum Halving, di kisaran US$73.750 berdasarkan data dari Coinmarketcap.

Harga Puncak Bitcoin

Dua gambar indikator Pi Cycle Top di atas, masing-masing menjelaskan data crossover antara dua Moving Average sepanjang masa, serta harga BTC saat ini berada di bawah 111 SMA yang ditafsirkan sebagai peluang akumulasi. 111 SMA ditandai dengan garis berwarna toska dan 350 SMA x 2 berwarna ungu.

Indikator ini popular di kalangan trader dan analis berkat pengembangan oleh Philip Swift, Managing Director Bitcoin Magazine Pro yang juga Pendiri dan CEO Trendstorm sejak tahun 2019.

indikator Pi Cycle Top

Pun lagi indikator ini terkenal dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi momen-momen penting ketika harga Bitcoin mendekati puncak tertinggi dalam siklusnya alias all time high (ATH).

Ketika kedua rata-rata ini berpotongan, biasanya ini menjadi tanda bahwa pasar sedang mencapai puncaknya. Pada titik ini, banyak trader akan mempertimbangkan untuk menjual kepemilikan mereka untuk menghindari penurunan harga yang biasanya terjadi setelah puncak pasar tercapai.

Namun, saat ini, kedua rata-rata pergerakan ini justru semakin menjauh satu sama lain (divergen), yang menunjukkan bahwa pasar masih jauh dari harga puncak Bitcoin berikutnya.

Hal ini mengindikasikan bahwa pasar sedang berada dalam fase akumulasi, di mana harga cenderung stabil dan menawarkan peluang beli yang menguntungkan sebelum tren naik berikutnya terjadi.

Hal itu pun ditegaskan oleh Rekt Capital belum lama ini kanal Youtube mereka, bahwa indikator itu saat ini memberikan gambaran divergen yang menjadi tanda melakukan aksi akumulasi, karena harga Bitcoin berada di bawah 111 SMA.

“Tapi saat ini, kita belum mengalami konvergensi, melainkan divergensi yang mendorong potensi crossover… jadi, ketika harga BTC berada di bawah (111 SMA) saat ini, itu bisa dibaca sebagai peluang beli,” jelas Rekt Capital.

Pemilihan 111 hari (111 SMA) dan kelipatan dua dari rata-rata pergerakan 350 hari (350 SMA x 2) dalam indikator Pi Cycle Top didasarkan pada analisis historis yang menunjukkan pola konsisten dalam pergerakan harga Bitcoin selama siklus pasar.

Rata-rata pergerakan 111 hari dipilih karena mencerminkan periode waktu yang cukup singkat untuk menangkap perubahan harga yang cepat, namun tetap memberikan gambaran tren yang lebih stabil dibandingkan dengan periode yang lebih pendek.

Di sisi lain, rata-rata pergerakan 350 hari mewakili tren jangka panjang yang mencakup hampir satu tahun penuh, yang penting untuk memahami pergerakan harga yang lebih luas dan tahan lama. Dengan mengalikan rata-rata pergerakan 350 hari dengan dua, indikator ini menciptakan batas atas yang secara historis mencerminkan tingkat di mana Bitcoin sering dianggap overheat atau terlalu mahal alias posisi harga puncak Bitcoin.

Perpotongan antara 111 SMA dan 350 SMA x 2 menandakan momen di mana tren jangka pendek (111 SMA) bertemu dengan tren jangka panjang yang lebih luas (350 SMA x 2). Ketika ini terjadi, ini menunjukkan bahwa pasar berada di titik kritis di mana harga mungkin telah mencapai puncaknya. Kombinasi ini telah terbukti efektif dalam memprediksi harga puncak Bitcoin di masa lalu, menjadikannya alat yang berguna bagi para trader dan analis.

Terkai itu, analis kripto dari Real Vision berpendapat di akun X-nya, bahwa harga Bitcoin bisa naik 200 persen dan menjadi US$100 ribu pada tahun 2025. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait