Harga Terra Classic (LUNC) dan USTC Bikin Melongo, Karena Naik Ratusan Persen

Harga kripto Terra Classic (LUNC) sejak akhir November menjadi sorotan serius di pasar kripto, karena tiba-tiba melonjak cepat sebesar lebih dari 300 persen selama 30 hari terakhir. Bahkan selama setahun terakhir sukses melampaui harga tertingginya (lebih 34 persen). Padahal proyek kripto yang dipimpin oleh Do Kwon di masa lalu ini sempat ambruk dan harganya menjadi nol pada tahun 2022.

Lonjakan LUNC juga berdampak pada lonjakan harga stablecoin yang tak stabil itu, TerraClassicUSD (USTC), sebesar 141 persen dalam setahun terakhir dan 366 persen dalam 30 hari terakhir (US$0,05394). Di sisi lain harga Terra (LUNA) terbonceng melambung 100 persen selama 30 terakhir.

Hingga saat ini belum jelas apa yang menjadi pendorong sentimen dan spekulasi terhadap proyek kripto yang sudah lama padam ini setelah ditinggalkan Do Kwon dan kawan-kawan. Namun beberapa pekan lalu sempat tersiar kabar, bahwa di beberapa kelompok di Terra Foundation dan LFG mendapatkan dukungan dana segar untuk dapat bangkit kembali. Rumor ini memang sulit dipastikan, namun yang jelas pasar bergejolak dan mampu menarik massa yang banyak dalam selubung spekulasi karena pasar kripto sedang panas-panasnya.

Ada pula pihak yang berspekulasi, bahwa lonjakan ini karena ada aksi burn. Lebih dari 78 miliar token LUNC telah dihancurkan, menyebabkan pengurangan yang signifikan dalam pasokan menjadi 5,8 triliun token.

Ini pun mungkin terkait dengan pengumuman Binance pada Senin (4/12/2023), bahwa trade pair LUNC/TRY akan segera diperdagangkan di spot market pada hari ini, Rabu (5/12/2023). Binance Labs sendiri dikenal sebagai pendukung proyek Terra di tahun 2018 namun mundur sebelum terjadi skandal 2022.

Kilas Balik Proyek Terra (LUNA)

Kripto Terra Classic (LUNC) terkait dengan runtuhnya proyek blockchain Terra yang dikomandoi oleh Do Kwon pada 28 Mei 2022 silam dan berujung pada skandal terbesar di dunia kripto. Tragedi yang menghebohkan global sebelum bangkrutnya FTX itu, juga terkait dengan kripto yang lainnya, yakni Terra (LUNA). Mari kita sejenak berkilas balik.

Pada awalnya adalah proyek blockchain Terra di bawah bendera Luna Foundation, yang dimulai pada Januari 2018 oleh Do Kwon dan Daniel Shin, kedua-duanya adalah warga Korea Selatan. Kemudian pada April 2019, blockchain itu mulai meluncur dengan native crypto-nya bernama Terra, dengan simbol LUNA.

Pada 2021, Luna Foundation meluncurkan stablecoin bernilai dolar AS dan won Korea, di mana nilainya terkorelasi erat dengan penggunaan dan transaksi dari kripto LUNA. Prinsip kerjanya mirip dengan algoritmic stablecoin DAI, karena tidak dijamin dengan real asset berupa uang dolar fisik ataupun aset lain yang bernilai sama. Konsep ini berseberangan dengan proyek stablecoin USDT besutan perusahaan Tether yang bertahan hingga detik ini sejak 2014 silam.

Sama seperti proyek blockchain lainnya yang fokus di stablecoin, Terra “menjamin” bahwa nilai stablecoin itu tetap stabil 1 banding 1 terhadap dolar. Saat itu stablecoin mereka disebut dengan TerraUSD (UST) dengan kecepatan transaksi mumpuni berkat blockchain yang cepat dengan biaya terjangkau.

Nah beberapa pekan pada tahun 2022, setelah ambrolnya nilai stablecoin Terra (Mei 2022), termasuk UST tak lagi 1 banding 1 lagi terhadap dolar AS dan harga LUNA sendiri praktis menjadi nol, Terra Foundation lalu mengambil langkah “rebranding” dan pembentukan blockhain baru. Saat itu Do Kwon menyebut nasib proyek kriptonya itu sama dengan serangan pada blockchain Ethereum di tahun 2015 yang pada ujungnya melahirkan Ethereum Classic (ETC).

Maka pada 2022 silam, dibuatlah blockchain yang baru di mana simbol kriptonya Terra (LUNA) berubah nama menjadi Terra Classic (LUNC) alias LUNA Classic. Sedangkan blockchain lama tetap dengan nama Terra (LUNA). Sementara itu stablecoin bernilai dolar AS juga berubah nama dari TerraUSD (UST) menjadi TerraClassicUSD (USTC). Namun demikian, stablecoin ini tak lagi menjadi bagian terpadu di blockchain baru di Terra Classic. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait