Terkait Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober, Bos Reku ingatkan tingkat stres investor kripto di Indonesia yang cukup tinggi se-Asia Tenggara.
Investasi seringkali memicu rasa cemas dan khawatir. Reku menekankan pentingnya kesiapan mental dalam berinvestasi. Literasi keuangan membantu mengelola emosi saat pasar fluktuatif.
Dalam memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Reku sebagai platform investasi aset global menggarisbawahi pentingnya membangun kesiapan mental dalam menghadapi fluktuasi pasar. Jesse Choi, selaku Co-CEO Reku, menekankan bahwa hubungan antara psikologi dan investasi menjadi sangat erat, khususnya dalam situasi pasar yang dinamis.
“Psikologi investasi merupakan faktor penting yang menentukan kesiapan berinvestasi. Kesiapan mental dalam berinvestasi perlu dimiliki investor, termasuk investor kripto dan di semua instrumen investasi. Sebab, fluktuasi harga terjadi di semua instrumen. Sehingga terdapat tendensi investor tertekan dengan kondisi pasar yang sedang kurang baik, serta FOMO saat aset tertentu sedang naik harga,” ungkap Jesse dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/10/2024) terkait momen Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober 2024 ini.
Ia juga menambahkan bahwa kesiapan mental berinvestasi membantu investor kripto secara khusus agar membuat keputusan lebih bijak, baik saat pasar sedang menghijau maupun terkoreksi.
Hari Kesehatan Mental Sedunia, Investor Kripto Indonesia Cukup Stres Se-Asia Tenggara!
Menyoal relasi mental investasi dan investor kripto, Jesse mengutip laporan dari Coinkickoff yang terbit pada April 2024 lalu, yang menyebutkan bahwa Indonesia mencatat tingkat stres tinggi terkait kripto di Asia Tenggara, yaitu sebesar 19,2 persen.
“Kendati riset tersebut berfokus pada relasi investor kripto dan nilai aset kripto yang cenderung lebih volatil, fenomena serupa juga berpotensi terjadi pada investor di instrumen lain seperti saham, reksadana, emas, serta aset lainnya,” jelas Jesse.
Ia menambahkan bahwa literasi keuangan memainkan peran penting dalam membantu investor mengelola emosi.
“Literasi investasi semestinya bukan hanya mencakup cara kerja aset tertentu, namun juga mengedukasi pengelolaan emosi dan disiplin dalam menerapkan strategi investasi,” kata Jesse. Ia juga menekankan pentingnya mengetahui tipe investor untuk menentukan instrumen yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan.
Salah satu cara Reku membantu investor adalah melalui fitur Investor Personality Test, yang memungkinkan pengguna untuk memahami kepribadian finansial dan alokasi investasi yang ideal.
Jesse menyebutkan, fitur ini memberikan panduan yang membantu investor lebih percaya diri dalam berinvestasi, tetapi tetap waspada terhadap risiko keputusan yang terlalu berani tanpa analisis yang matang, serta menghindari panic selling saat pasar terkoreksi.
Selain itu, Jesse juga menyoroti peran penting literasi dalam edukasi keuangan. Ia menyatakan bahwa Reku bekerja sama dengan berbagai pegiat finansial untuk mengedukasi masyarakat, tidak hanya tentang aset kripto, tetapi juga manajemen keuangan dan strategi alokasi dana.
Indonesia Masuk 12 Besar Negara Pemilik Kripto Terbanyak di Dunia Tahun 2024
“Kami mengadakan kegiatan seperti roadshow di 10 kota Indonesia dengan berbagai mitra, termasuk Tether, serta mengadakan diskusi di komunitas Telegram yang memiliki puluhan ribu anggota,” tambah Jesse.
Dengan adanya inisiatif ini dan terkait Hari Kesehatan Mental Sedunia, Jesse berharap bahwa investor dapat lebih siap dalam menghadapi dinamika pasar, khususnya dalam berinvestasi pada aset kripto dan Saham AS.
“Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong edukasi bagi masyarakat. Ke depannya, mudah-mudahan investor dapat lebih membangun manajemen emosional terhadap fluktuasi investasi sehingga bisa terus mengambil keputusan investasi yang strategis dan terukur,” tutup Jesse. [ps]