Di tengah gelombang inovasi finansial global, perusahaan publik kini menghadapi pertanyaan yang dulu terdengar mustahil. Seberapa jauh mereka harus melibatkan aset digital seperti Bitcoin dalam strategi keuangan mereka?
Dengan dunia yang semakin terdigitalisasi dan gejolak pasar yang tak menentu, keputusan soal memasukkan aset baru seperti Bitcoin ke dalam neraca bukan lagi sekadar opsi eksotis. Ini kini menjadi pertimbangan strategis yang nyata.
Memahami Posisi Bitcoin dalam Neraca Perusahaan
Harvard Business Review mempublikasikan analisis dari Christian Catalini, pendiri MIT Cryptoeconomics Lab dan peneliti MIT Sloan School pada Jumat (05/09/2025), tentang perusahaan publik yang mulai menempatkan Bitcoin di neraca mereka.
Harga Bitcoin naik tajam sejak Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS, bahkan sempat mencetak ATH baru di US$124.000. Lonjakan ini didorong oleh arahan “Strategic Bitcoin Reserve”, pelemahan dolar AS, dan iklim regulasi yang lebih ramah.
Kondisi tersebut membuat investor konservatif pun sulit mengabaikan aset digital ini. Beberapa perusahaan besar, termasuk Tesla, Block, Figma, dan MassMutual, kini secara resmi mencatat Bitcoin di neraca mereka.
Beberapa pihak, terinspirasi Strategy milik Michael Saylor, mencoba pendekatan ‘akumulasi Bitcoin berulang’. Mereka menjual saham saat harga naik untuk membeli lebih banyak BTC, namun Catalini menilai strategi ini ibarat pedang bermata dua.
“Jika premi menghilang, suku bunga naik, atau utang jatuh tempo, siklusnya berbalik: dilusi, masalah pembiayaan ulang, harga saham yang tertinggal dibanding Bitcoin biasa, dan, dalam penurunan tajam, terjadinya crash,” jelasnya.
Lalu, apa tujuan Bitcoin dalam neraca perusahaan? Catalini menekankan pentingnya menilai peran utama aset ini: apakah sebagai likuiditas operasional, perlindungan modal, lindung nilai terhadap inflasi atau valuta asing, diversifikasi, atau jaminan pembiayaan.
Bitcoin: Dari Emas Digital ke Infrastruktur Keuangan
Selain menjadi aset, Bitcoin adalah teknologi. Dalam lima tahun terakhir, kinerja harga BTC termasuk yang terbaik, meski sempat turun sekitar 78 persen dan tetap di bawah puncak selama lebih dari dua tahun. Catalini menekankan, memahami teknologi di balik Bitcoin adalah kunci untuk menilai nilainya.
“Bitcoin adalah teknologi untuk menciptakan uang digital langka—termasuk penerbitan, pencatatan, dan pergerakannya. Nilainya muncul dari interaksi antara aset dan jaringan. Saat ini terlihat sebagai ‘emas digital,’ namun pertanyaan besarnya adalah bagaimana nilainya jika digunakan untuk transaksi skala besar,” ujarnya.
Catalini menyarankan perusahaan memantau dua indikator sebelum menambah eksposur ke Bitcoin. Pertama, pergerakan Bitcoin sebagai penyimpan nilai dibanding emas dan obligasi, termasuk inflow ke Bitcoin Spot ETF, kepemilikan institusi, dan likuiditas pasar.
Kedua, pertumbuhan jaringan Bitcoin dalam transaksi global, mencakup volume settlement dan integrasi dengan bank, fintech, serta payment processor. Dengan kedua indikator ini, perusahaan bisa menambah alokasi secara bertahap tanpa mengambil risiko berlebihan.
Seiring adopsi yang meluas, Bitcoin berpotensi menjadi lebih dari sekadar “digital gold.” Catalini menegaskan bahwa perannya semakin luas, sehingga institusi dapat memanfaatkannya tidak hanya sebagai penyimpan nilai.
“Mata uang digital Bitcoin dapat berkembang menjadi lebih dari sekadar penyimpan nilai, melainkan menjadi alat tukar—sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah moneter,” jelasnya.
Institusi Kuasai 31 Persen Bitcoin, Desentralisasi Terancam?
186 Perusahaan Publik dan Terus Bertambah
Hingga saat ini, lebih dari 186 perusahaan publik tercatat memiliki cadangan Bitcoin, dan terus bertambah. Distribusi kepemilikan yang semakin merata menunjukkan bahwa adopsi bukan lagi terbatas pada segelintir perusahaan besar, melainkan merata di berbagai sektor dan skala usaha.

Perkembangan ini menegaskan bahwa BTC kini menjadi bagian dari strategi keuangan jangka panjang. Keputusan menempatkan Bitcoin di neraca bukan sekadar mengikuti tren, tetapi juga mencerminkan kesiapan perusahaan menghadapi sistem keuangan yang semakin digital dan terdistribusi. [dp]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.