Kita sudah beberapa kali membincangkan (walau hanya satu arah), soal hash rate Bitcoin di media ini. Kali ini kita beranjak dari kabar soal hash rate Bitcoin yang katanya “turun drastis” lebih 30 persen pada 22 September 2019 lalu. Itu fakta dan tak keliru. Kesilapan yang muncul adalah fakta itu terlalu ditanggapi berlebihan, mulai dari penambang kemungkinan tak berselera lagi menambang Bitcoin, karena respons pasar negatif, hingga kemungkinan para penambang sudah banyak yang gulung tikar. Kita sebut sebagai sebuah “kesilapan” bukan berarti salah 100 persen, karena itu sekadar pendapat. Lalu apa pasal?
Begini, hash rate yang anjlok pada dasarnya lumrah, lazim dan biasa-biasa saja. Dan itu pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya. Kita ambil contoh hash rate 16 Juli 2019, yang turun dari 72 juta TH per detik menjadi 53 juga TH per detik. Perubahannya hingga 26 persen.
Bandingkan dengan 22 September 2019, dari 98 juta TH per detik menjadi 67 juta per detik. Benar perubahannya mencapai 31,6 persen. Sungguh berbeda tipis dengan 16 Juli 2019 lalu.
Tapi yang agak “melodramatis” adalah penurunan “besar” itu bertepatan dengan turunnya harga Bitcoin secara global, ditambah sejumlah tafsiran bahwa pasar merespons negatif produk Bitcoin Berjangka Bakkt yang diperdagangkan di platform ICE pada 23 September 2019. Ini berbeda dengan tren harga Bitcoin pada 22 Juli 2019 itu yang masih dapat disebut sedang ranum-ranumnya.
Bayangkan saja, pada 23 September 2019, harga Bitcoin lemah tak berdaya di US$9.600 lalu terus turun hingga US$8.370 per 25 September 2019.
Nah, kembali pada hash rate Bitcoin itu. Setelah turun drastis, faktanya naik kembali dalam 24 jam, dari 67,3 juta TH per detik menjadi 92,8 juta TH per detik. Perubahannya berapa? Naik 37,8 persen, saudara-saudara!
Menyitir pendapat Mati Greenspan, Analis Senior eToro pagi ini, spekulasi penurunan itu bergerak bebas. Katanya, beberapa pendapat menyebutkan gara-gara penutupan paksa sejumlah penambangan ilegal di Tiongkok. Sebagian lagi akibat pemadaman listrik besar-besaran terhadap tempat penambangan besar di Kanada dan Kyrgyzstan.
“Catatan yang menarik di sini adalah, bahwa penurunan hash rate itu tidak mungkin dikarenakan adanya satu mining pool tunggal yang padam. Data terbaru menunjukkan penurunan hash rate itu terbagi rata dengan sejumlah mining pool lainnya,” kata Mati. [Red]