HYPE Terancam? Otoritas Tiongkok Selidiki Dugaan Pencucian Uang

Hyperliquid, platform DEX yang belakangan menjadi primadona di kalangan trader kripto, kini berada di bawah sorotan tajam. Di balik lonjakan volume perdagangan dan naiknya pamor token HYPE, muncul dugaan serius: platform ini diduga dimanfaatkan untuk praktik pencucian uang. 

Investigasi yang tengah dilakukan oleh otoritas Tiongkok menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana celah-celah dalam sistem DeFi bisa dimanfaatkan untuk menyamarkan transaksi ilegal—dan apa dampaknya bagi masa depan aset kripto tanpa pengawasan ketat.

Aktivitas Perdagangan HYPE Picu Kecurigaan

Menurut Mirror Tang, pendiri perusahaan keamanan Web3, Salus, otoritas Tiongkok saat ini tengah menyelidiki sejumlah kasus yang melibatkan penggunaan fitur leverage di Hyperliquid untuk mencuci dana hasil kejahatan.

“Sejak Maret tahun ini, aparat penegak hukum Tiongkok telah mengungkap tiga kasus pencucian uang yang menggunakan mata uang kripto HYPE,” tulis Tang dalam unggahannya di X, Jumat (06/06/2025).

Skema pencucian uang ini memanfaatkan leverage 40x di Hyperliquid untuk menciptakan “kerugian semu” — kerugian palsu yang diimbangi posisi berlawanan di crypto exchange terpusat (CeFi). Dengan begitu, pelaku terlihat rugi secara resmi, tapi tetap untung di tempat lain.

Pola ini mirip dengan perdagangan James Wynn, trader berisiko tinggi yang mengalami beberapa likuidasi besar dalam dua minggu terakhir. Kasus ini makin mencurigakan karena volume perdagangan Hyperliquid naik lebih dari 50 persen dari volume derivatif Binance.

Whale Trader Untung Rp407 Miliar dari PEPE

Transparansi On-Chain, Anonimitas Tanpa Filter

Meski seluruh aktivitas di Hyperliquid tercatat transparan di blockchain, anonimitas pengguna tetap menjadi celah utama. Tanpa adanya sistem KYC, siapa pun bisa membuka posisi tanpa pengawasan, memberi ruang bagi whale dan pelaku kejahatan untuk memanipulasi pasar.

Beberapa posisi bahkan sengaja dibiarkan dilikuidasi untuk memicu pergerakan ekstrem, terutama pada BTC dan ETH. Investigasi independen yang dilakukan oleh influencer ternama, Blockchain Sam, mencatat adanya likuidasi mencurigakan dengan nilai lebih dari US$99 juta.

Kecurigaan ini makin menguat setelah salah satu pelaku yang mencuat adalah William Parker, hacker yang sebelumnya diungkap oleh investigator on-chain ZachXBT. Selain terindikasi mencuci dana, Parker diduga meraih keuntungan puluhan juta dolar dari posisi short di Hyperliquid.

“Sebuah penyelidikan sedang dilakukan terkait dugaan identitas whale misterius di Hyperliquid yang terlibat aktivitas ilegal dan meraih keuntungan sekitar US$20 juta melalui posisi leverage tinggi dalam beberapa minggu terakhir,” tulis ZachXBT di X, Kamis (20/03/2025).

Risiko Regulasi dan Masa Depan yang Abu-abu

Meski sudah menjadi sorotan otoritas Tiongkok, Hyperliquid (HYPE) masih beroperasi secara permissionless tanpa pengawasan langsung dari regulator. Platform ini menggunakan USDC sebagai kolateral utama — satu-satunya aset yang secara teknis bisa dibekukan oleh Circle.

Namun, permintaan pembekuan hampir tidak pernah terjadi. Dari total US$2,76 miliar USDC yang sudah dipindahkan ke Hyperliquid, sebagian besar disimpan di vault pribadi yang sulit dijangkau tanpa intervensi hukum yang serius.

Arus Dana Ke Hyperliquid - Dune
Arus Dana Ke Hyperliquid – Dune

Di satu sisi, Hyperliquid menawarkan peluang besar bagi trader untuk meraih profit tinggi dari perdagangan berisiko. Namun di sisi lain, platform ini juga menjadi sarang ideal bagi manipulasi pasar dan pencucian uang dalam skala besar.

Dengan adanya penyelidikan yang tengah berlangsung di Tiongkok, masa depan Hyperliquid DEX dan token HYPE menjadi penuh tanda tanya. Apakah kasus ini akan jadi titik balik dalam pengawasan DeFi, atau hanya babak lain dalam kisah panjang kebebasan tanpa batas di dunia kripto? [dp]

Terkini

Warta Korporat

Terkait