IC3: Blockchain Tak Cocok untuk Pemilu Daring

CCN melansir, tiga peneliti dari Initiative for Cryptocurrencies and Contracts (IC3) mempertanyakan apakah teknologi blockchain dapat mengubah sektor pemilihan suara secara daring menjadi lebih baik, seperti yang digembar-gemborkan oleh para pendukung blockchain.

Melalui artikel yang dirilis Business Insider, peneliti itu, Ari Juels, Ittay Eyal dan Oded Naor berargumen bahwa, kendati teknologi blockchain dapat merevolusi industri lain, pemilu daring adalah sektor yang tampaknya tidak mendapat manfaat sama sekali dari blockchain, dan bahkan dapat dirugikan olehnya.

Para peneliti itu mengakui mereka memahami mengapa teknologi blockchain dipertimbangkan untuk mengoptimalkan pemilu daring. Mereka juga tidak meragukan fakta bahwa dunia kripto telah menarik dana miliaran dolar demi alasan-alasan yang sah, dan jelas masih berpotensi merevolusi beragam sektor seperti sektor pembayaran global, logistik, ritel, kepemilikan tanah dan lainnya.

Memang sepertinya sifat blockchain yang permanen bermanfaat untuk mengurangi penipuan yang terjadi dalam sebuah pemilihan suara. Namun, ketiga periset IC3 berargumen bahwa permasalahan dasar pemilu daring tidak dapat dipecahkan, oleh blockchain sekalipun.

Walau pemilu berbasis ponsel terdengar seperti kemajuan teknologi yang logis, banyak pakar keamanan siber menyorot bahwa proses ini lebih rumit dari yang diperkirakan. Kenyamanan pemilu daring dapat meningkatkan jumlah orang yang berpartisipasi, tetapi para pakar keamanan dunia maya mencapai kesimpulan yang sama seperti Ron Rivest, profesor Massachusetts Institute of Technology dan anggota dewan Verified Voting.

“Pemilihan suara terlalu penting untuk dijalankan secara daring,” kata Rivest.

Teknologi blockchain dikenal sebagai sistem yang sangat aman, tetapi periset IC3 menekankan hal ini tidak berarti sebagian besar peranti keras dan lunak tidak lemah terhadap serangan atau peretasan. Selain itu, Internet yang tidak stabil bisa mengakibatkan terjadi putus koneksi, adalah suatu hal yang harus diperkirakan juga.

Pakar-pakar keamanan masih berusaha memahami dampak keterlibatan Rusia di pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016. Fakta bahwa pemerintah asing dan oknum lainnya akan memanfaatkan celah teknis apapun demi mempengaruhi jalannya sebuah pemilu bukanlah pertanda baik bagi sistem pemilihan suara daring, sekalipun sistem itu menggunakan blockchain untuk menjaga transparansi.

Fitur blockchain yang sangat aman justru berarti blockchain tidak cocok untuk pemilu daring. Hanya karena blockchain aman, bukan berarti alat komputasi yang digunakan untuk memasukkan pilihan suara juga aman dan anti-peretasan. Jika sebuah ponsel terjangkit malware yang mengubah pilihan pada menit-menit terakhir, blockchain akan merekam pilihan itu secara aman, tetapi jelas itu adalah pilihan suara yang salah. Akibatnya, seluruh proses pemilihan suara bisa dirusak dengan cara ini.

Selain itu, ada kemungkinan meningkatnya manipulasi melalui pembelian pilihan suara, mengingat sifat teknologi blockchain yang anonim dan desentral. Hal ini bukanlah sesuatu yang sepele, sebab sudah ada pemilihan di mana hak pilih dimanipulasi dengan biaya kurang dari satu tangki bensin. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait