Proyek Initial Coin Offering (ICO) yang diselenggarakan oleh Civil, memutuskan mengembalikan duit investor, setelah gagal memperoleh penjualan minimal US$8 juta. Civic berencana akan menyelenggarakan ICO kembali di masa mendatang untuk mewujudkan visinya untuk mengubah wajah bisnis media menjadi desentralistik.
ICO Civil yang dimulai pada September, direncanakan akan selesai pekan ini. Civil digadang-gadang menjadi startup yang memberikan aspek baru dan sangat mendasar bagi bisnis media. Dengan menggunakan platform yang nantinya mereka buat, media massa mainstream, termasuk media komunitas bisa lebih mudah memonetasi kontennya. Civil menggunakan pendekatan marketplace untuk platform tersebut.
Sebelum ICO, beragam ulasan mengenai Civil menyeruak di berbagai media mainstream, di antaranya Bloomberg, Associated Press, Forbes dan New York Times. Bahkan Civil telah mengantongi sejumlah kerjasama dengan Forbes dan Associated Press sebagai mitra yang kelak akan menggunakan platform Civil. Hingga ICO itu dihentikan, ada sekitar 3000 investor yang membeli token Civil (CVL).
“Kami memberikan tiga pilihan pengembalian dana kepada investor, yakni melalui ICO berikutnya, pengembalian seketika atau pengembalian otomatis pada 29 Oktober mendatang,” tulis Civic seperti yang dilansir dari CCN, Kamis (18/10).
Jauh sebelum memulai ICO, Yayasan Civil mendapatkan kucuran dana dari ConsenSys sebesar US$3,5 juta, yang sebagian besar digunakan untuk memulai proses ICO tersebut. Sebagian lagi untuk membentuk 14 newsroom, yang telah beroperasi menerbitkan berita, dengan lebih dari 100 jurnalis di seluruh dunia.
Kendati Internet telah membawa manusia menjadi produser sekaligus konsumen informasi (prosumer) yang relatif dan tak lagi menggantungkan diri pada media massa arus utama, masalahnya serupa: produksi teknologinya masih bersifat sentralistik dan masih menguntungkan secara mutlak satu pihak elit.
Dalam contoh konkret, pengelola media massa yang menerima pesanan advertorial, bisa saja langsung menghapus konten yang telah diterbitkan di website, setelah mereka menerima imbalan yang disepakati sebelumnya dari klien. Di sisi klien ini jelas tidak adil dan merugikan secara struktural dalam wilayah yang lebih luas. Idealnya, setelah konten diterbitkan, dalam rentang waktu tertentu, misalnya 30 hari, konten itu harus terhapus secara permanen. Atau dengan kata lain, sebelum 30 hari, harus ada sistem yang menjamin konten tersebut dapat terus diakses.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, dengan teknologi blockchain, informasi digital termasuk konten publikasi tersebut, tak dapat dihapus berdasarkan protokolnya. Di titik ini, harapan ideal permanensi data tercapai, termasuk seperti konten media massa itu. Berkat blockchain, konten digital di steemit.com, misalnya permanen dan tak dapat dihapus selamanya, baik itu si penulis maupun pengelola teknologi blockchain steemit itu sendiri.
Dalam tingkatan yang lebih tinggi, karena blockchain memungkinkan disematkan smart contract, maka parameter khusus dapat disematkan ke dalamnya. Misalnya, dapat ditentukan durasi publikasi di website, misalnya 30-60 hari sesuai kesepakatan antara pemasang advertorial (klien) dengan pengelola media massa. Jadi, di sini yang menjamin adalah sistem di atas sistem, yakni smart contract dan isi smart contract itu sendiri. Sebab perlu dirancang smart contract yang tidak sederhana untuk menjamin timbulnya kepercayaan (trust) yang lebih kukuh.
Namun demikian, sayangnya pengembangan cepat dan selaras blockchain terhadap media massa belum seperti yang diharapkan. Masih perlu pencapaian lain dan kolaboratif antara programmer, developer, pengusaha media massa dan jurnalis itu sendiri. [vins]