Industri kargo dipastikan bisa menghemat biaya hingga US$400 juta (Rp5,9 miliar) per tahun kalau memakai teknologi blockchain.
Sita, sebuah perusahaan teknologi informasi transportasi udara dan ULD Care, sebuah asosiasi perdagangan, sedang menjajaki kemungkinan menggunakan teknologi blockchain untuk menghemat US$400 juta setahun untuk industri kargo.
Turunkan biaya, tingkatkan efisiensi
Teknologi blockchain memungkinkan perusahaan kargo udara untuk secara digital, melacak dan mencatat perubahan untuk kontainer kargo maskapai, saat mereka melakukan perjalanan antar tujuan.
Perusahaan-perusahaan ini bertujuan untuk menurunkan biaya industri, meningkatkan efisiensi, mengurangi kerugian, dan mencegah kerusakan kargo.
Platform blockchain yang diusulkan juga akan menyertakan fungsi otentikasi dan berbasis kepercayaan untuk mengurangi risiko perusakan, kejahatan dunia maya, pencucian uang berbasis perdagangan, penipuan dan perdagangan gelap.
“Waktu tempuh pengiriman satu unit kontainer dari Shanghai ke Long Beach bisa memakan waktu hingga 15 hari lewat laut ataupun jalan darat. Tapi ada tambahan waktu 15 hari lagi dalam proses back-office dan dokumen. Nah, blockchain bisa menekan proses itu menjadi lebih cepat,” kata Bob Rogers, Wakil Presiden ULD Care.
Saat ini, ada sekitar 12 perusahaan kustodian yang memantau dan melacak kargo untuk setiap pengiriman. Sebagian besar perusahaan ini bergantung pada dokumen berwujud kertas. Ini membuat proses menjadi rumit dan sering menimbulkan masalah kepercayaan dan transparansi.
“Blockchain dipastikan menghemat waktu dan biaya,” kata Matthys Serfontein, Presiden Air Travel Solutions di Sita. [Cointelegraph/red]