MicroStrategy ingin membeli Bitcoin (BTC) lebih banyak lagi. Kali ini, direncanakan, menggunakan dana publik lewat penerbitan surat utang (bond) bernilai setara Rp5,6 triliun.
MicroStrategy, perusahaan publik asal AS tak henti-henti membeli Bitcoin (BTC). Setelah 5 Desember 2020 lalu mengumumkan membeli 2.754 BTC (setara Rp700 miliar), kemarin perusahaan mengumumkan niatan membeli Bitcoin lebih banyak lagi.
Caranya adalah menghimpun dana dari publik lewat surat utang (bond) bernilai US$400 juta (setara Rp5,6 triliun).
“Hasil dari penawaran [bond] itu akan diinvestasikan ke Bitcoin. Namun keputusan ini masih menunggu identifikasi kebutuhan modal kerja MicroStrategy,” sebut perusahaan dalam keterangan resminya, 7 Desember 2020.
MicroStrategy Announces Proposed Private Offering of $400 Million of Convertible Senior Noteshttps://t.co/KvZNIbO6Fa
— Michael Saylor⚡️ (@michael_saylor) December 7, 2020
Dalam keterangan itu, MicroStrategy menyebutkan, bond akan diterbitkan mulai 15 Juni 2021. Sedangkan periode mature-nya pada 15 Desember 2025. Pajak imbal hasil yang diterima investor kelak ditanggung oleh MicroStrategy.
Semakin Percaya Diri
Merasa harga Bitcoin masih murah dan menolong perusahaannya melawan inflasi akibat jumlah dolar yang semakin banyak, perusahaan publik MicroStrategy asal AS membeli Bitcoin lagi. Kali ini 2.754 BTC (setara Rp700 miliar).
“MicroStrategy telah membeli sekitar 2.574 BTC bernilai total US$50 juta di harga US$19.427 per BTC. Kami sekarang memiliki sekitar 40.824 BTC,” kata Michael Saylor, CEO MicroStrategy melalui Twitter, 5 Desember 2020.
MicroStrategy has purchased approximately 2,574 bitcoins for $50.0 million in cash in accordance with its Treasury Reserve Policy, at an average price of approximately $19,427 per bitcoin. We now hold approximately 40,824 bitcoins.https://t.co/nwZcM9zAXZ
— Michael Saylor⚡️ (@michael_saylor) December 4, 2020
Pembelian pertama perusahaan itu diumumkan pada Agustus 2020, senilai US$250 juta, kemudian pada September senilai US$175 juta.
Pembelian Bitcoin terbaru itu, masih beralasan serupa, yakni demi melawan inflasi dolar AS.
Selama tahun 2020 ini saja, nilai dolar merosot hingga minus 6 persen, bahkan diperkirakan oleh banyak pengamat akan terdepresiasi pada tahun 2021. Depresiasi itu adalah dampak dari kebijakan Bank Sentral AS yang menambah pasokan dolar AS ke dalam ekonomi.
Akhir bulan lalu, dalam wawancara Saylor di CNBC, Saylor menegaskan alasan konkret mengapa ia membeli Bitcoin sebagai bagian dari aset cadangan utama keuangannya.
“Ya, kami adalah perusahaan peranti lunak enterprise business yang terbaik di dunia. Tetapi, sebagian dari neraca keuangan kami tak lagi mencerminkan investasi kami di dolar AS, tetapi mencerminkan investasi kami di Bitcoin (BTC), karena kami yakin Bitcoin adalah dana cadangan utama terbaik di dunia yang bisa kami pilih,” katanya kepada CNBC, 26 November 2020.
Looking to join in on the bitcoin boom? A new report from @CitronResearch says @MicroStrategy could be your best bet. MicroStrategy CEO @michael_saylor shares why. $MSTR pic.twitter.com/Ow6FM40gBQ
— CNBC's Fast Money (@CNBCFastMoney) November 25, 2020
Kata Saylor lagi, adalah semakin banyaknya jumlah dolar yang masuk ke ekonomi oleh bank sentral dalam waktu yang cepat. Itulah yang menyebabkan biaya modal (cost capital) naik 3 kali lipat, dari 5 menjadi 15 persen selama setahun terakhir. [red]