Niat hati ingin meringkus penjahat kasus pencucian uang, Bitcoin (BTC) senilai US$32 ribu (setara Rp463 juta) milik polisi Selandia Baru malah raib disikat.
Kasus kejahatan internasional terkait kripto bukan kali ini saja ditangani oleh Selandia Baru.
Kasus tahun lalu justru sukses. Pihak berwenang Selandia Baru menyita BTC senilai sekitar US$90 juta dari Alexander Vinnik. Pria asal Rusia ini adalah pengelola bursa kripto BTC-e.
Vinnik sudah diganjar hukuman penjara di selama 5 tahun dalam kasus ransomware.
Namun, tahun 2021 di kasus berbeda, Polisi Selandia Baru mungkin belum beruntung. Pasalnya, Bitcoin yang mereka beli dan digunakan dalam penyelidikan kasus pencucian uang, justru melayang, dikuras oleh penjahat yang disasar.
Bitcoin itu memang sengaja dibeli, sedianya untuk memancing para penjahat di dunia maya lewat operasi rahasia.
“Berdasarkan penyelidikan internal kami, ada kegagalan penerapan prosedur dalam operasi rahasia itu. Kami telah memeriksa sejumlah penyidik, tetapi tidak ada indikasi mereka terlibat dalam pencurian itu,” kata Inspektur Detektif Stuart Mills dilansir dari New Zealand Herald, Sabtu (10/7/2021).
Ia mengakui mengakui pihaknya gagal melindungi uang para pembayar pajak, yang digunakan untuk membeli Bitcoin itu.
“Sejauh ini kami belum bisa melacak larinya BTC itu dan siapa sosok asli pelakunya,” imbuhnya.
Mills mengatakan pelakunya kemungkinan besar berada di luar negeri. Kejadian ganjil ini juga disebut sebagai bagian dari aksi yang lebih masif yang menyasar dompet Bitcoin.
No Private Key, No Bitcoin
Ross Carter-Brown Pendiri BitPrime di Selandia Baru menduga, siapapun yang mencuri Bitcoin sebanyak itu pastilah punya akses penuh terhadap private key ataupun seed phrase dompet.
“Punya akses dan kendali terhadap private key, sama hal dia memiliki BTC itu. Jadi, polisi cukup memeriksa siapa saja yang punya akses terhadap private key itu,” tegas Ross.
Namun, lewat skenario berbeda, private key itu bisa berpindah kendali. Ia mencontohkan, pelakunya mungkin berhasil masuk ke sistem informasi kepolisian dan mengambil private key-nya.
Jadi, dari kasus yang agak menggelikan ini, akan jadi pelajaran polisi di negara manapun, bahwa teknologi uang elektronik ini sangat baru dan tidak semudah melacak aliran dana lewat bank. [red]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.