Ingkar Janji, AS Tendang Proyek Kripto Telegram

Amerika Serikat melalui Securities and Exchange Commission (SEC) “menendang” proyek kripto Telegram. SEC pada Jumat (11/10/2019) mengatakan Telegram ingkar dalam mengirimkan aset kripto GRAM yang dijanjikan kepada sejumlah investor di Amerika Serikat. Menurut SEC, sedianya Telegram mengirimkan GRAM sebelum Oktober 2019.

Menurut hasil penyelidikan SEC, Perusahaan Telegram Group dan anak perusahaannya, TON Issuer mengakui telah mengumpulkan modal pada Januari 2018 untuk membiayai sejumlah perusahaannya, termasuk pengembangan proyek blockchain TON (Telegram Open Network), termasuk untuk aplikasi mobile Telegram.

“Telegram diketahui telah menjual sekitar 2,9 miliar unit aset kripto GRAM kepada 39 investor asal Amerika Serikat. Telegram berjanji akan mengirimkan GRAM itu sebelum Oktober 2019 dan investor kelak bisa menjualnya di Amerika Serikat,” jelas SEC dalam siaran persnya.

Pada 13 Februari 2019, SEC pernah mengumumkan hasil penggalangan modal oleh Telegram kepada publik Amerika Serikat melalui anak perusahaan Telegram Group, yakni TON Issuer Inc. Disebutkan dalam pengumuman itu, bahwa TON Issuer Inc. telah berhasil mengumpulkan dana hingga US$850 juta.

Pengumuman itu berdasarkan formulir yang diisi sendiri oleh Telegram Group dan ditandatangai sendiri oleh Pavel Valerievich Durov, selaku Direktur Telegram Group dan TON Issuer.

Aksi Bawah Tanah
Sejak awal tahun 2018 proyek TON ini bak berjalan di bawah tanah dan serba misterius, sehingga tak sedikit pula yang menyangsikan. Pasalnya, CEO Telegram Pavel Durov tidak pernah angkat bicara soal proyek ini. Kabar soal perkembangannya pun diwakili oleh TONLabs yang berbasis di Swiss, yang mengklaim sebagai “vendor” untuk semua proyek TON ini.

Alhasil proyek TON dan GRAM ini mengesankan bahwa memang Telegram yang menggagasnya, tetapi dalam perjalanannya dijalankan oleh pihak lain dan Telegram “punya jarak” dengan TON dan GRAM itu sendiri. Kesan sebagai “public blockchain” ditegaskan dengan cara ini.

Kemudian soal penjualan kripto GRAM yang berjalan di blockchain pun dilakukan bukan oleh Telegram sendiri, melainkan oleh GRAMAsia yang berbasis di Korea Selatan. Di situs web mereka mengaku sebagai pemegang kripto GRAM terbesar untuk wilayah Asia. Oleh GRAMAsia inilah public sale dilakukan di bursa kripto Liquid (Jepang) dan Tokenomy (Singapura).

Pun di awal-awal tahun 2018 tidak ada situs web resmi yang muncul, kendati publik bisa membaca whitepaper-nya dan sebuah video di Youtube sebagai penampakannya. Di masa itu publik juga masih meragukan kebenarannya.

Semakin Terang
Seiring berjalannya waktu, bak serpihan puzzle, kabar perkembangan blockchain TON dan kripto GRAM mencuat ke publik. Setidaknya yang paling awal dan lebih terang adalah diluncurkannya versi test net blockchain TON, lengkap dengan kode untuk menjalankan full node pada pekan kedua September 2019.

Kemudian menjelang akhir September 2019 Telegram secara resmi menggelar sayembara uji blockchain TON. Total hadiah yang ditawarkan mencapai Rp5,6 miliar.

Pada awal Oktober 2019, wallet GRAM pun dimunculkan kepada publik. Wallet ini khusus untuk “original investor” proyek blockchain ini yang telah mendapatkan surat elektronik sebelumnya. Dengan wallet itu, investor diminta untuk menyiapkan public key dan private key untuk akun TON mereka. Pada 16 Oktober 2019, investor akan mengirimkan GRAM ke wallet tersebut. Tapi investor harus menyertakan bukti sebagai “original investor” berupa “Token Purchase Agreement”. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait