Blockchain Vexanium disebut-sebut memiliki keunggulan dibandingkan blockchain lainnya. Developer asal Yogyakarta, Damos Hanggara misalnya mengaku, bahwa blockchain Vexanium mengatasi sejumlah kesulitan ketika dia membuat dApp (decentralized app). Dari sanalah dApp Trusti ia bangun dan berjalan seperti yang ia inginkan.
Kisah manis antara Vexanium, Damos dan Trusti dimulai ketika Vexanium Foundation menggelar program insentif khusus dApp untuk seluruh wilayah di Indonesia.
Dalam program itu para developer yang dApp-nya sudah memenuhi kategori, akan mendapatkan insentif berupa aset kripto VEX. Salah satu dApp yang lolos adalah Trusti buatan Damos.
“Awalnya Trusti dibuat menggunakan blockchain Ethereum, namun saya pindah ke Vexanium karena skalabilitasnya. Vexanium menyelesaikan masalah kecepatan transaksi yang saat ini belum dimiliki Ethereum. Vexanium memiliki kecepatan 2000 transaksi per detik, jauh lebih unggul dibandingkan dengan Ethereum yang hanya 15 transaksi per detik,” katanya.
Selain skalabilitas, kata Damos, biayanya jauh lebih murah dibandingkan blockchain lain. Jika di Ethereum para developer memerlukan “gas” sebagai biaya transaksi atau pembuatan smart contract, maka di blockchain Vexanium para developer hanya perlu membeli RAM dengan harga yang sangat murah.
“RAM adalah aspek sumber daya di blockchain Vexanium untuk mentenagai transaksi dalam pembuatan dApp. Dalam membuat basic smart contract di Vexanium, developer hanya membutuhkan 100 kb RAM dengan harga 1 Kb RAM yaitu 0,17245 VEX saja. Biaya ini juga masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan blockchain EOS dan sejumlah blockchain lainnya,” tegas Damos.
Apa itu Trusti?
Trusti sebagai dApp memiliki skala penggunaan yang luas, sebab semua jenis data digital bisa disimpan di blockchain Vexanium dengan memadukannya dengan IPFS (Interplanetary File System) yang juga berjalan di jaringan peer-to-peer.
“Secara khusus, Trusti adalah bukti bahwa blockchain Vexanium bisa dimanfaatkan untuk menambah nilai terhadap identitas digital. Identitas dalam era blockchain sering disebut dengan Self Sovereign Identity (SSI), yang memungkinkan individu untuk dapat mengendalikan dan melacak data pribadi dan bukan oleh pihak ketiga. Dengan teknologi ini, pengguna tidak lagi harus menyerahkan kendali atas informasi pribadi ke banyak basis data setiap kali pengguna ingin mengakses layanan baru. Hal tersebut dapat meminimalisir resiko terjadinya pencurian data,” kata Damos.
Terapan lainnya adalah pembuatan izajah digital berbasis blockchain. Lembaga pendidikan tinggi bisa meningkatkan keabsahan ijazah lulusannya menggunakan Trusti, sebab setiap data yang direkam ke dalam blockchain bersifat permanen, sehingga bisa lebih terpercaya.
Sejumlah negara, seperti Malaysia, sudah terlebih dahulu masuk di penerapan itu, melalui platform e-SKROLL. Bagi Malaysia, cara itu demi memberantas izajah palsu yang sangat merugikan perusahaan selama bertahun-tahun.
Vexanium adalah public blockchain asal indonesia yang diharapkan dapat menyelesakan masalah-masalah yang ada pada blockchain-blockchain lainnya.
Selain itu, Vexanium juga diharapkan dapat memudahkan para developer yang akan membuat dApps di atasnya, karena Vexanium menggunakan bahasa pemrograman yang lazim, yaitu C++.
Programer pemula atau pun ahli, akan lebih mudah dalam membuat smart contract di atas blockchain Vexanium. [red]