Ada sejumlah alasan Pepe Unchained (PEPU) mengusung teknologi blockchain baru yang diklaim lebih efisien daripada teknologi blockchain biasa. Lantas, apa pula tantangannya?
Apa Itu Pepe Unchained (PEPU) yang Mengusung Teknologi Blockchain Baru?
Dilansir dari situs resminya, PEPU adalah proyek kripto baru di sektor meme coin dan kelak menggunakan blockchain sendiri.
“Pepe Unchained adalah masa depan meme coin, menggunakan blockchain Layer-2 untuk kecepatan, keamanan, dan transaksi rendah biaya,” tertera di situsnya.
PEPU tampaknya terinspirasi dari token meme popular yakni Pepe Coin (PEPE) yang sangat popular di sektor meme coin global. PEPE yang masih tergolong baru, mampu bersaing ketat dengan meme coin popular lainnya, yakni Dogecoin (DOGE), Shiba Inu (SHIB). PEPE sendiri berada di peringkat ke-3 di bawah kedua meme coin itu, berdasarkan data dari Coinmarketcap untuk sektor meme coin.
Pengembang PEPU membangun narasi token, bahwa PEPE yang menggunakan blockchain Ethereum 2.0 sebagai teknologi blockchain Layer-1 masih berpotensi tidak efisien. Itu adalah salah satu alasan mengapa PEPU harus menggunakan teknologi blockchain baru, yakni Layer-2.
Blockhain Layer-2, Apakah Itu?
Prinsip kerja teknologi blockchain baru, yakni Layer-2 sebenarnya sederhana, yakni memproses transaksi kripto di blockchain berbeda, tidak secara langsung di blockchain utama, misalnya blockchain Ethereum, sebagai blockchain berjenis Layer-1.
blockchain Layer-2 mengacu pada kerangka atau protokol sekunder yang dibangun di atas blockchain yang sudah ada (Layer 1), seperti Ethereum.
Tujuan dari teknologi blockchain baru sebagai lapisan sekunder ini meningkatkan skalabilitas, kecepatan, dan efisiensi dari blockchain utama, sehingga memungkinkan untuk menangani volume transaksi yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah.
Blockchain Layer-1, seperti Ethereum kendati sudah berteknologi PoS masih berpotensi mengalami kemacetan, yang mengarah pada kecepatan transaksi yang lebih lambat dan biaya yang lebih tinggi, ketika misalnya transaksi sangatlah banyak. Di atas kertas Ethereum bisa menangani 100 ribu transaksi per detik.
Di sinilah blockchain Layer-2 mengambil peran dan sebagai solusi dalam mengatasi masalah ini dengan memproses transaksi di luar rantai utama Ethereum, mengurangi beban dan memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan lebih murah.
Jadi, dalam prosesnya, transaksi kripto diproses terlebih dahulu di Layer-2, kemudian transaksi final dikirimkan dan direkam ke Layer-1.
Manfaat Layer-2 dalam Konteks Pepe Unchained
Dalam konteks Pepe Unchained yang saat ini masih dalam tahap presale, ada sejumlah manfaat. Dilansir dari whitepaper-nya, teknologi blockchain baru Layer-2, PEPU bisa menawarkan imbalan staking token yang lebih tinggi.
“Biaya operasional yang lebih rendah dan peningkatan efisiensi berarti lebih banyak imbalan untuk Anda,” tertera di whitepaper itu.
Disebutkan pula, bahwa transaksi di Layer-2 diproses jauh lebih cepat dibandingkan di Layer-1. Ini berarti melakukan staking, trading, dan berinteraksi dengan PEPE Unchained bisa dilakukan dengan kecepatan kilat.
Masa Depan Ethereum: Visi Buterin untuk Desentralisasi dan Staking yang Lebih Baik
Perihal dampak ke biaya transaksi juga disinggung, kelak jika teknologi blockchain baru ini diluncurkan, bahwa dengan lebih sedikit transaksi yang menyumbat jaringan utama Ethereum, gas fee (biaya transaksi) jauh lebih rendah di Layer-2.
Di situs PEPU diterangkan, bahwa mainnet blockchain Layer-2 ini akan diluncurkan setelah program presale mereka berakhir.
Tantangan Besar Layer-2
Kendati demkian, blockchain Layer-2 sebagai teknologi blockchain baru memiliki beberapa kelemahan dan tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satu kelemahan utamanya adalah kompleksitas teknis yang lebih tinggi dibandingkan dengan Layer-1. Ini bisa membuat pengembang lebih sulit untuk membangun dan memelihara solusi di Layer-2. Hal ini ditegaskan pula oleh Metlabs di artikel mereka ini.
Selain itu, meskipun Layer-2 mewarisi keamanan dari Layer-1, ada risiko tambahan terkait dengan kerentanan yang mungkin muncul dalam protokol Layer-2 itu sendiri.
Ketergantungan pada jembatan (bridges) untuk transfer aset antara Layer-1 dan Layer-2 juga bisa menjadi titik lemah, karena jembatan ini sering kali menjadi sasaran serangan.
Selain itu, interoperabilitas antara berbagai solusi Layer-2 bisa menjadi tantangan, karena setiap solusi mungkin menggunakan pendekatan yang berbeda-beda untuk menangani transaksi dan penyelesaian.
Isu lain yang perlu diperhatikan adalah masalah likuiditas. Dalam beberapa kasus, pengguna mungkin menemukan likuiditas yang lebih rendah di Layer-2 dibandingkan dengan Layer-1, yang dapat mempengaruhi kecepatan dan biaya transaksi. Selain itu, meskipun biaya transaksi di Layer-2 biasanya lebih rendah, biaya untuk memindahkan dana antara Layer-1 dan Layer-2 masih bisa signifikan dan membatasi keuntungan biaya keseluruhan.
Terakhir, adopsi pengguna dan pengembang juga merupakan tantangan. Karena Layer-2 relatif baru dan lebih kompleks, butuh waktu untuk membangun kepercayaan dan mendapatkan dukungan luas dari komunitas pengguna dan pengembang teknologi blockchain baru. [ps]